REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Presiden Kolumbia, Juan Manuel Santos, keluar sebagai peraih Nobel Perdamaian 2016 yang diumumkan langsung oleh Komite Nobel Norwegia pada Jumat (7/10). Kemenangan Santos ini atas dedikasinya yang dinilai mampu membawa perdamaian di negaranya.
Terpilihnya Santos sebagai pemenang Nobel Perdamaian cukup kontroversial. Sebab sebelumnya, Kolumbia sempat dikabarkan dicoret dari daftar kandidat peneriman Nobel Perdamaian dikarenakan sebagian besar warga negara Kolumbia menolak berdamai dengan pihak pemberontak FARC.
Komite Nobel Norwegia mengakui penolakan hasil referendum yang menyepakati perdamaian dapat memicu konflik dan perang saudara di negara tersebut. Untuk itu, Komite Nobel Norwegia mendorong Santos dan pemimpin pasukan pemberontak Timochenko dapat berpartisipasi secara konstrukrif dalam pembicaraan damai yang akan datang.
"Panitia berharap bahwa Nobel Perdamaian ini akan memberi Presiden Santos kekuatan untuk menyelesaikan tugasnya. Komite berharap dalam tahun-tahun mendatang, orang-orang Kolombia akan menuai buah dari proses rekonsiliasi," dikutip The Guardian, Jumat (7/10).
Pihak Komite mengungkapkan, meskipun masyarakat menolak hasil referendum, negosiasi yang dilakukan oleh Santos dengan pihak FARC berhasil membawa konflik berdarah yang selama ini terjadi lebih dekat kepada solusi damai. Hal ini selaras dengan semangat dan tujuan dari Alfred Nobel.