Sabtu 08 Oct 2016 04:31 WIB

Ini Metode penyebaran Islam di Gambia

Gambia
Foto: .
Gambia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum kedatangan Islam, agama bagi masyarakat Gambia merupakan kombinasi dari berbagai macam faktor. Biasanya, konsep agama itu terdiri dari satu dewa yang menjadi pemimpin dari semuanya dan yang menciptakan semuanya.

Kekuatan dewa itu kemudian dipecah menjadi dewa-dewa yang lain. Biasanya mereka mengasosiasikannya dengan leluhur dan alam. Konsep kepercayaan itu juga berkaitan erat dengan kondisi lingkungan Gambia yang berat. Karena itulah, masyarakat Gambia dulunya memercayai adanya Dewa Langit, Dewa Bumi, Dewa Para Binatang, dan lain sebagainya.

Kemudian, pemimpin dari masyarakat itu dianggap memiliki kekuatan para dewa yang telah diberikan turun-temurun dari leluhur. Jadi tidak mengherankan jika para pemimpin itu juga disembah dan dimintai petuah-petuahnya. Setiap dewa yang dibangun oleh konsep masyarakat Gambia zaman dahulu itu memiliki pengikutnya masing-masing.

Para dewa juga memiliki rahasia, kuil, dan pendetanya sendiri. Dewa-dewa itu juga merupakan alasan dari berbagai macam ritual dan persembahan yang dilakukan. Setiap pengikut dewa itu memiliki peran penting dalam sistem sosial yang kemudian berpengaruh dalam sistem politik.

Lalu, datanglah Islam yang menganggap berbagai ritual keagamaan yang sudah menjadi tradisi itu sebagai sesuatu yang syirik. Tapi anehnya, masyarakat Gambia saat ini justru mayoritas memeluk Islam. Kesuksesan mengislamkan penduduk Gambia bukanlah pekerjaan yang mudah.

Berdasarkan fakta sejarah, penyebaran Islam melalui kota-kota perdagangan mengambil peran yang sangat penting. Di kota perdagangan ini hidup berbagai macam jenis manusia dan masyarakat. Mereka datang ke kota dengan meninggalkan desa mereka yang percaya bahwa keberhasilan panen merupakan berkah kebaikan dari dewa.

Percampuran masyarakat semacam ini akan lebih memudahkan adanya pertukaran informasi yang pada akhirnya bisa saling menyebarkan agama. Dahulu, masyarakat Gambia masih menganggap bahwa Islam sangat identik dengan perdagangan, dan Allah merupakan Dewa Perdagangan.

Islam juga mudah diterima karena meskipun masyarakat Gambia masa lampau meyakini banyak dewa, tapi mereka percaya ada satu dewa yang menguasai semuanya. Hal seperti inilah yang membuat ajaran tauhid menjadi lebih cepat dipahami.

Selain itu, para penyebar agama Islam di Gambia juga tidak mencoba menyerang secara frontal dengan mendiskreditkan kepercayaan yang sudah ada di masyarakat. Para ulama mencoba masuk dari dalam, kemudian secara perlahan mengubah pola dan sistem kepercayaan tradisional itu.

Hal lain yang menjadi daya tarik Islam bagi masyarakat Gambia juga datang dari faktor di luar sistem kepercayaan. Yaitu, cara berpakaian dan cerita-cerita hebat para pedagang Muslim. Para pedagang itu menggunakan pakaian yang indah, bercerita tentang kejayaan peradaban Islam, arsitektur yang indah, dan beberapa hal lain yang menunjukkan kehebatan agama Islam.

Cerita dan cara berpakaian itu membuat masyarakat Gambia yang dahulunya kurang terpelajar menjadi tertarik. Penyebaran Islam juga menjadi efektif karena ajaran tersebut mampu menyentuh para ketua suku. Hal itu secara langsung akan menambah kekuatan politik. Sehingga, masyarakat di bawah ketua suku akan lebih mudah menerima Islam sebagai agama baru bagi mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement