REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petengahan Maret 2011, ratusan ribu umat Islam bersama para ulama dan tokoh masyarakat berkumpul di kawasan Seyone, Distrik Kombo, Pantai Barat Gambia. Dengan penuh sukacita, mereka menyambut hadirnya masjid baru yang berlokasi di daerah itu.
Pembangunan masjid itu dibiayai oleh Muslim Afrika Agency (AMA). Khalid Houda, perwakilan dari AMA, berharap dengan hadirnya masjid itu umat Islam yang bermukim di Seyone bisa beribadah secara khuyuk. Kami berpesan agar umat Islam Seyone meninggalkan praktik-praktik di luar Islam dan mengikuti ajaran Islam semurni mungkin,ujar Khalid, seperti dikutip Daily Observer.
Dalam kesempatan itu, Abdoulie Bojang, ketua Majelis Nasional Gambia, meminta masyarakat Gambia khususnya warga Seyone untuk berdoa agar Gambia tetap aman dan damai. Bojang tak lupa memuji dan berterima kasih kepada AMA yang telah memberikan dukungan terhadap komunitas Muslim di Gambia.
Shalat berjamaah di masjid akan memberikan manfaat yang besar kepada setiap Muslim,papar Bojang. Ulama Seyone, Imam Ebrima Jarju, menyeru para pemuda Muslim untuk melipatgandakan usaha mereka dalam mencari ilmu tentang Islam dan mencintai agama mereka.
Gambia menjadi sebuah negara Muslim lantaran penyebaran Islam dilakukan secara gigih oleh para mubalig Muslim abad ke-19. Rasa toleransi Muslim di Gambia cukup terjaga lantaran Pemerintah Gambia memelihara kehidupan masyarakatnya yang majemuk.
Majelis Ulama Gambia
Seperti halnya di Indonesia, umat Muslim Gambia juga memiliki majelis ulama. Jika di Tanah Air ada Majelis Ulama Indonesia (MUI), di negara itu terdapat Gambia Supreme Islamic Council (GSIC) atau Majelis Ulama Gambia. Lembaga yang didirikan pada 1992 itu terdiri dari 50 ulama yang secara sukarela tergabung dalam organisasi tersebut.
Dalam struktur kepengurusannya, mereka memiliki semacam lembaga pengawas yang terdiri dari para imam di berbagai komunitas, pimpinan institusi, pengusaha, dan pengajar.
Organisasi itu bertujuan untuk memfasilitasi Gambia agar menjadi negara Islam yang berkembang baik secara moral maupun pendidikan. Selain itu, lembaga tersebut juga diharapkan bisa menjalin kerja sama dan kerukunan di antara umat beragama di Gambia, dalam tujuan untuk saling menghormati dan bertoleransi.