REPUBLIKA.CO.ID, MONTEVIDEO -- Pemerintah Uruguay pada Jumat mendesak bekas tahanan Guantanamo kembali ke keluarganya dan mengakhiri mogok makan dua bulannya.
Jihad Diyab, warga Suriah, adalah tahanan tanpa tuduhan jelas selama 12 tahun di penjara teluk Guantanamo, Kuba. Ia dibebaskan bersama lima tahanan lain ke Uruguay pada 2014 agar jumlah orang di penjara tersebut berkurang.
"Kami mendesaknya berhenti mogok makan serta mulai melanjutkan hidup menuju masa depan lebih baik demi kebaikan diri dan keluarganya. Sejauh ini, kami menerima tanggapan negatif saat proses pengiriman," kata menteri luar negeri Uruguay, Rodolfo Nin Novoa, saat jumpa pers.
Diyab ditahan dinas intelijen Venezuela setelah tiba di Karakas pada Juli. Sementara itu, pengacara mengatakan dia meminta konsulat di Uruguay agar memulangkannya ke Turki untuk menemui keluarganya.
Pria itu sempat dideportasi ke Uruguay pada 30 Agustus, sebelumnya ia dilaporkan menghilang sejak pertengahan Juni. Petugas pemerintah Uruguay mengatakan, Diyab telah berpergian melewati Brazil dan Venezuela secara ilegal.
Pemberitaan yang menyebut Diyab meninggalkan Uruguay memicu anggota legislatif Amerika Serikat meminta Presiden AS Barack Obama menghentikan pengiriman tahanan dari Guantanamo. Mereka berdalih langkah itu berisiko terhadap keamanan rakyat AS.
Alenjandra de Bittencourt, juru bicara pegiat hak yang membela Diyab mengatakan kesehatannya menurun akibat mogok makan 60 hari, tetapi masih sadar. Ia berharap pemerintah Uruguay dapat menulis surat resmi mengizinkan Diyab berpergian ke luar negeri.