Sabtu 08 Oct 2016 21:30 WIB

Wonderful Life, Semua Anak Terlahir Sempurna

Rep: Gita Amanda/ Red: Yudha Manggala P Putra
Atiqa Hasiholan
Foto: ROL
Atiqa Hasiholan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amalia Prabowo merupakan perempuan perfeksionis yang sukses meniti karirnya. Ia pintar, berprestasi dan disegani di lingkungan kerja. Hal inilah yang coba ditularkan Amelia pada putra semata wayangnya Aqil.

Namun Aqil, tak sama dengan anak-anak pada umumnya. Ia "divonis" disleksia di usianya yang belum genap 10 tahun. Itu membuat Amelia merasa sangat "marah". Apalagi selama ini ia dibesarkan di dalam keluarga yang mementingkan nilai akademis. Padahal bagi para penderita disleksia, prestasi secara akademis hampir tak mungkin dicapai.

Semua cara ia lakukan dalam upaya mengobati Aqil. Mulai dari terapi modern hingga tradisional. Dalam perjalanannya mengobati Aqil inilah Amalia menemukan hal lain yang selama ini tak disadarinya. Bahwa upayanya menyembuhkan Aqil hanya demi memenuhi ego dan kepentingannya sendiri.

Film berdurasi sekitar dua jam ini, memiliki cerita yang kuat. Mengangkat tema disleksia dalam balutan drama keluarga menjadikan ceritanya begitu dekat dengan penonton.  Sang Sutradara Agus Makkie pun dengan apik menggambarkan apa yang dialami para penderita disleksia. Seperti saat Aqil yang diperankan aktor cilik Sinyo mencoba membaca tulisan yang huruf-hurufnya terlihat melayang-layang.

Agus Makkie juga tak "pelit" menyuguhkan pemandangan-pemandangan yang indah. Selama perjalanan Aqil bersama Uminya yang diperankan Atiqah Hasiholan. Di sini Agus Makkie banyak menyuguhkan pemandangan landscape-landscape yang Indah. Belum lagi gambaran menarik mengenai bagaimana para penderita disleksia ini juga memiliki energi yang besar untuk melihat sesuatu lebih detail. Seperti yang tertuang pada gambar-gambar Aqil yang ditampilkan dalam film.

Sebagai drama keluarga dengan masalah-masalah yang juga dekat dengan keseharian seperti hubungan orang tua dengan anak, film Wonderful Life mampu menaik-turunkan emosi penonton. Di satu scene penonton di buat tertawa dengan beberapa dialog humoris sementara di adegan lain penonton dibuat mengharu biru terbawa dalam konflik keluarga.

Seperti saat Amelia harus menghadapi ayahnya yang sangat keras dan kerap menyudutkannya soal lemahnya Aqil dalam bidang akademis. Saat itu Amelia yang sudah tak tahan dengan sikap ayahnya menuangkan semua keluh kesahnya. Saat itu penonton seperti diingatan akan banyak kasus serupa dalam keluarga, terkait campur tangan kakek atau nenek dalam membesarkan cucu-cucu mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement