Ahad 09 Oct 2016 14:56 WIB

Kemenperin Fokus Garap Branding Kain Tenun

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Peserta pameran memperlihatkan salah satu kain tenun dalam pameran ekonomi kreatif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jakarta baru-baru ini.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Peserta pameran memperlihatkan salah satu kain tenun dalam pameran ekonomi kreatif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jakarta baru-baru ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan turut mempromosikan kain tenun yang menjadi ciri khas pakaian orang Indonesia. Sebab selama ini keberadaan kain tenun masih kalah pamor dibandingkan dengan kain batik.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, batik memang telah menjadi kain yang salah populer di berbagai kalangan. Bukan hanya orang Indonesia, masyarakat dunia pun telah mengenal kain batik sebagai produk lokal Indonesia. Bahkan, Pemerintah pun telah mencanangkan hari batik nasional yang memperlihatkan bahwa kain batik memang berasal dari Indonesia.

"Kalau kain tenun ini belum populer banget. Kita akan mulai fokus memperkenalkan produk tenun tahun depan (2017)," kata Gati kepada Republika, Ahad (9/10).

Gati menjelaskan, kemajuan perkembangan produk kain batik yang berawal dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)‎, kini telah banyak dibuat oleh Industri kecil menengah (IKM). Hal ini tak terlepas dari kebutuhan kain batik yang semakin banyak. Apalagi pemerintah telah meminta kepada masyarakat agar bisa membeli dan menggunakan kain batik dalam pekerjaan harian.

Perkembangan tersebut yang ingin dihadirkan oleh Kemenperin atas produk kain tenun. Menurut Gati, selain batik yang banyak hadir di pulau Jawa, Indonesia juga memiliki produk kain tenun yang memiliki banyak motif. Sebab pembuat kain tenun berada di berbagai daerah mulai dari pulau Barat Indonesia di Pulau Sumatra hingga ke Timur Indonesia di Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai ke Papua.

Gati menjelaskan, di Sumatra misalnya terkenal dengan kain tenun Ulos yang secara ‎turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatra Utara.  Di Palembang, Sumatera Selatan, juga memiliki kain tenun yang cukup terkenal yakni kain Songket.

Sementara di Kalimantan Barat, terdapat kain tenun Sambas yang memiliki‎ beragam motif misalnya corak Tepuk Pedada, Mata Punai, Awan Larat, dan Pucuk Rebung. Di NTT yang memang sangat dikenal memiliki motif lebih beragam, kain tenun telah menjadi produk ekonomi yang sangat diminati banyak wisatawan. "produk-produk ini harus di-branding agar bisa lebih dikenal banyak orang," ujar Gati.

Dia menuturkan, saat ini Kemenperin tengah ikut serta dalam membranding produk kain tenun dari Kalimantan. Salah satu cara pencitraan yakni dengan membuat animasi seorang anak dengan monyet dari kalimantan. Dalam animasi tersebut diperlihatkan bagaimana seorang anak bersama animasi monyet menggunakan kain tenun khas Kalimantan.

Perbaikan branding ini bakal dilakukan untuk masyarakat dalam negeri terlebih dahulu. Sebab masih banyak bahkan mayoritas warga Indonesia memiliki kain batik sebagai pakaian, namun tidak memiliki kain tenun baik sebagai hiasan apalagi untuk dipakai. Setelah promosi di dalam negeri dijalankan, Kemenperin juga akan memberikan edukasi kepada wisatawan asing dan masyarakat luar bahwa produk kain khas dari Indonesia bukan hanya batik, tapi terdapat kain tenun yang merupakan kain khas Indonesia lainnya.

"Tahun depan kita akan mengadakan pameran kain tenun khas Indonesia. Lebih banyak untuk kawasan Timur seperti NTT," ujar Gati.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement