REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Bandung Henny Rahayu Ning Tyas mengatakan depot air minum isi ulang semakin menjamur. Ini mengingat kebutuhan air minum makin meningkat seiring bertambahnya masyarakat yang bermukim di Kota Bandung.
Henny memperkirakan jumlahnya memcapai 600 depot. Namun dari jumlh tersebut baru sebagian yang terpantau Dinkes Kota Bandung untuk memastikan kualitasnya.
"Depot air minum itu banyak sekitar 600 sekian. Dan yang sudah dibina itu baru 50 persennya. Jadi sekitar 300-an sudah kita bina," kata Henny kepada wartawan di Kota Bandung, Ahad (9/10).
Ia menyebutkan setengahnya belum dicek kualitasnya oleh Dinkes karena jumlahnya yang banyak. Bahkan dari 300 depot yang sudah dicek, hanya 30 persen yang rutin memeriksakan air yang diolahnya. "Yang memeriksakan secara rutin kualitas air minumnya hanya 30 persen dari yang 300 itu," ujarnya.
Baca juga, 94 Persen Depot Air Isi Ulang di Sleman tak Miliki Sertifikat Higienis.
Padahal pemeriksaan rutin dikatakannya juga penting untuk mematikan kualitas air tetap terjaga. Pasalnya air yang digunakan berpeluang besar tercemar dari keadaan lingkungan sekitar.
Ia mengakui menjamurnya depot membuat pihaknya kewalahan untuk mengontrol secara menyeluruh. Mengingat tidak ada izin khusus untuk membangun usaha tersebut sehingga semakin banyak peminatnya.
"Tadinya perizinan ada di Disperindag. Tapi belakangan ini ternyata untuk mendirikan depot air tidak ada izin khusus jadi menjamur kayak warung. Sehingga diperindag dan kami dari kesehatan tidak bisa mengontrol secara penuh," tuturnya.