Senin 10 Oct 2016 12:40 WIB

Trump-Clinton Saling Serang Secara Personal di Debat Kedua

Pria di Korea Selatan menonton debat capres AS antara Donald Trump dan Hillary Clinton, Senin (10/10).
Foto: AP
Pria di Korea Selatan menonton debat capres AS antara Donald Trump dan Hillary Clinton, Senin (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, St LOUIS -- Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump dan lawannya Hillary Clinton dari Partai Demokrat saling membuka dan menyerang kasus personal masing-masing dalam acara debat capres AS yang berlangsung di Washington University di St Louis, Senin (10/10).

Perdebatan yang berlangsung selama 90 menit itu dimulai dengan awal yang dingin, di mana kedua kandidat presiden yang akan maju pada pemilu pada 8 November menyapa satu sama lain tanpa berjabat tangan. Acara debat yang disiarkan secara langsung pada televisi nasional di Tanah Air itu merupakan yang kedua dari tiga debat presiden yang dijadwalkan sebagai kontes pemilihan AS yang telah berlangsung lama dan memasuki pekan-pekan terakhir.

Debat kedua itu menjadi perdebatan bergaya balai kota (town-hall) dengan para pemilih mengajukan sebagian dari sejumlah pertanyaan dan dua moderator debat memberikan beberapa pertanyaan lainnya. Para pemilih yang mengajukan pertanyaan pada acara debat itu, sebagian besar merupakan pemilih yang belum memutuskan akan memilih Trump atau Clinton (undecided voters).

Dalam acara debat itu, Trump dan Clinton menjawab pertanyaan yang diberikan sambil saling menyerang satu sama lain dengan mengungkit beberapa kasus personal yang menimpa masing-masing, salah satunya kasus rekaman video Trump yang berisi pernyataan cabulnya tentang wanita.

Acara dengan cepat berubah menjadi diskusi sengit ketika kasus video 2005 yang muncul pada Jumat itu disebut. Dalam video itu, Trump terdengar menggunakan bahasa vulgar dan berbicara tentang meraba-raba perempuan tanpa persetujuan.

Menanggapi hal itu, Trump mengatakan ia merasa malu dengan video itu, tetapi menyebut komentarnya itu sebagai "obrolan di ruang ganti" (locker room talk).

"Itu adalah 'obrolan di ruang ganti'. Saya tidak bangga dengan hal itu dan saya sudah meminta maaf pada keluarga saya. Saya sangat menghormati perempuan. Saya merasa malu tentang hal itu, tetapi itu hanya kata-kata," ujar dia.

Trump pun balik menyerang Hillary Clinton dengan mengangkat kasus suaminya, mantan presiden AS Bill Clinton, yang dikabarkan melakukan pelecehan terhadap perempuan. Menurut Trump, apa yang dilakukan oleh Bill Clinton terhadap perempuan lebih buruk dari apa yang dia telah ucapkan.

"Apa yang saya lakukan hanya berupa kata-kata, dan dia (Bill) melakukan tindakan," kata Trump yang muncul sebelum debat bersama perempuan yang menuduh Bill Clinton atas perbuatan asusila.

Dalam perdebatan, Trump juga menuduh Hillary Clinton telah melakukan serangan terhadap perempuan yang diduga mengalami pelecehan seksual oleh suaminya, Presiden AS periode 1993-2001 Bill Clinton. Sementara itu, Hillary Clinton merespons dengan berkata bahwa komentar Trump menunjukkan ia tidak layak untuk Gedung Putih.

"Dia telah mengatakan bahwa video itu tidak mewakili siapa dia sebenarnya, tetapi saya pikir itu jelas bagi siapa saja yang mendengarnya bahwa video itu persis menggambarkan siapa dia," kata Clinton.

Kemudian Trump juga melanjutkan serangan terhadap Clinton atas kasus "server" surat elektronik pribadinya, dan diduga Clinton melakukan kecerobohan yang dapat membocorkan rahasia negara. "Anda seharusnya malu pada diri sendiri," kata Trump kepada Clinton.

Dari sebuah penyelidikan terhadap kasus surat-surat elektronik Clinton yang dilakukan oleh FBI selama hampir setahun disimpulkan pada awal 2016 dengan tidak ada tuntutan yang diajukan. Namun, Direktur FBI James Comey mengatakan Clinton telah ceroboh dalam penanganan surat elektronik berisi rahasia penting negara. Dalam debat itu, Clinton menegaskan "tidak ada bukti" bahwa server-nya telah diretas dan bahwa informasi rahasia apapun telah jatuh ke tangan yang salah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement