Senin 10 Oct 2016 12:41 WIB

Trump Bersumpah Penjarakan Clinton Jika Menang Pilpres

Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinon saat debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.
Foto: Saul Loeb/Pool via AP
Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinon saat debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, ST LOUIS --  Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump bersumpah akan memenjarakan pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, jika ia memenangi pemilihan presiden bulan depan, karena Clinton mengoperasikan server surel pribadi saat menjabat sebagai menteri luar negeri.

Trump mengatakan, dia akan menunjuk penuntut khusus untuk menyelidiki masalah itu karena menganggap Clinton membahayakan keamanan nasional saat menjadi pemimpin diplomat Presiden Barack Obama selama 2009-2013.

"Anda seharusnya malu dengan diri Anda sendiri," kata Trump kepada Clinton dalam debat kedua kandidat presiden di St Louis.

Clinton mengatakan, bagus Trump tidak berada di Gedung Putih karena temperamennya, yang membuat Trump menjawabnya: "Karena Anda akan dipenjara."

Baca: Tak Ada Jabat Tangan Saat Debat Capres AS Dimulai

Trump juga mengatakan, dia malu dengan video yang menampilkan komentar vulgarnya tentang meraba perempuan tanpa persetujuan, namun menepisnya dengan menyebut itu sebagai pembicaraan di ruang ganti. Trump, yang menghadapi tentangan partai terkait video 2005 yang mengemuka pada Jumat, mengatakan, mantan Presiden Bill Clinton justru memperlakukan perempuan lebih buruk.

"Saya cuma kata-kata dan dia tindakan," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Dia juga menuduh Clinton terus menyerang perempuan yang menuduh suaminya melakukan pelecehan seksual. Clinton mengatakan, komentar Trump menunjukkan dia tidak layak untuk Gedung Putih.

"Dia mengatakan, video itu tidak mewakili dia sebenarnya, tapi saya pikir jelas bagi siapa pun yang mendengarnya itu benar-benar mewakilinya," kata dia, dikutip Antara News.

Banyak pendukung Republik menarik dukungan terhadap Trump setelah video menunjukkan pebisnis yang juga bintang acara TV itu bicara di mikrofon tentang bagaimana menggoda perempuan yang sudah menikah. Kontroversi itu membuat Trump (70 tahun) mengalami krisis terbesar dalam kampanye 16 bulannya, hanya sebulan sebelum pemilihan umum 8 November.

Kurang dari dua jam sebelum debat, Trump bertemu dengan tiga perempuan yang menuduh Bill Clinton melakukan pelecehan seksual dan perempuan keempat dalam kasus perkosaan di mana Hillary Clinton menjadi salah satu pembela tersangka pelaku. Keempatnya duduk di barisan depan penonton saat debat.

Trump muncul dengan Paula Jones, yang mengajukan gugatan pelecehan seksual terhadap Bill Clinton pada 1991, Juanita Broaddrick, yang menuduh Bill Clinton melakukan pemerkosaan 1978 dan Kathleen Willey, bekas staf Gedung Putih yang menuduh Bill Clinton merabanya pada 1993.

Tidak ada tuduhan yang baru. Bill Clinton tidak pernah dihukum dalam perkara-perkara itu, dan dia menyelesaikan perkara gugatan dengan Paula Jones dengan 850 ribu dolar AS tanpa permintaan maaf atau pengakuan bersalah.

Selain itu ada Kathy Shelton, yang diperkosa ketika berusia 12 tahun dan Hillary Clinton, yang ketika itu menjadi pengacara yang membantu tersangka pelaku yang pada akhirnya dinyatakan bersalah untuk mendapatkan keringanan hukuman. Sebelum debat, Trump mengancam akan menyerang ketidaksetiaan Bill Clinton dalam pernikahannya sebagai tanggapan atas kritik Hillary Clinton calon Republik punya sejarah menganiaya perempuan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement