Senin 10 Oct 2016 13:48 WIB

Trump dan Clinton Saling Puji di Akhir Debat

Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinton berjabat tangan usai debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/Patrick Semansky
Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinton berjabat tangan usai debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --Debat kedua capres AS Hillary Clinton dan Donald Trump yang sempat berlangsung sengit itu diakhiri dengan satu pertanyaan yang bersifat mendamaikan dari seorang penonton di lokasi debat.

Seorang penonton pada akhir debat bertanya kepada Trump dan Clinton mengenai satu hal yang dikagumi masing-masing kandidat presiden dari lawannya. Menjawab pertanyaan itu, Hillary mengatakan ia menghormati anak-anak Trump untuk kemampuan dan pengabdian mereka kepada Trump.

"Anak-anaknya sangat baik dan penuh pengabdian, dan saya pikir itu mengatakan banyak hal tentang Donald. Saya tidak setuju apa yang ia katakan atau lakukan, tapi saya menghormati itu. Sebagai seorang ibu dan nenek, hal itu penting bagi saya," ujar Clinton, Ahad (9/10).

Sebagai tanggapan, Trump menyampaikan penghargaan atas pernyataan Hillary yang dia anggap sebagai pujian. Selanjutnya, Trump menjawab satu hal yang dia kagumi dari Hillary adalah daya juangnya. Dia menyebut Hillary sebagai seorang pejuang, dan mengatakan ia mengagumi capres partai Demokrat itu atas penolakannya untuk menyerah.

"Dia pejuang. Meski saya tidak setuju apa yang dia perjuangkan, tapi dia berjuang keras dan tidak menyerah," katanya.

Baca: Trump Bersumpah Penjarakan Clinton Jika Menang Pilpres

Selain kasus video pernyataan cabul Trump dan kasus server surat elektronik Clinton, hal lainnya yang juga dijadikan bahan saling serang oleh kedua kandidat presiden AS itu, yaitu kasus penghindaran pembayaran pajak oleh Trump selama 18 tahun dan surat elektronik Clinton yang berisi transkrip pidatonya untuk sejumlah perusahaan di Wall Street.

New York Times sebelumnya melaporkan Trump telah menyebabkan kerugian negara sebesar 916 juta dolar AS pada 1995 dan mungkin telah menghindar membayar pajak selama 18 tahun. WikiLeaks merilis setumpuk surat elektronik calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton. Surat-surat elektronik, yang dirilis pada Jumat (7/1) itu termasuk transkrip pidatonya untuk sejumlah perusahaan di Wall Street.

Clinton dilaporkan mengatakan diperlukan sikap publik maupun pribadi mengenai isu-isu kebijakan. Dalam masa kampanye, banyak pemilih menganggap Clinton tidak bisa dipercaya.

Ketika moderator mengumumkan acara debat telah berakhir, kedua kandidat berbalik ke arah satu sama lain dan berjabat tangan. Acara debat capres AS yang berikutnya dan yang terakhir akan diadakan pada 19 Oktober.

 

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement