Senin 10 Oct 2016 14:13 WIB

3 Jejak Kerajaan Aceh Darussalam

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek perluasan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Aceh, Kamis (14/4).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek perluasan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Aceh, Kamis (14/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kerajaan Aceh Darussalam berdiri pada 12 Dzulqaidah pada 916 H/1511 M, bersamaan dengan jatuhnya Malaka ke Portugis. Menurut M Yahya Harun dalam Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI & XVII, sebenarnya tatkala orang-orang Portugis mulai menginjakkan kaki di Malaka awal abad ke-16, Aceh masih merupakan kerajaan taklukan Kerajaan Pedie, yang terletak di Sumatra Utara.

Akan tetapi, berkat jasa Sultan Ali Mughiat Syah, Aceh akhirnya mampu melepaskan diri dari pengaruh Pedie dan menjadi kerajaan yang berdaulat penuh. Bahkan, pada babak berikutnya, Acehlah yang kemudian menjadi sentral kekuasaan di wilayah Sumatra Utara tersebut.

Atas keberhasilannya melepaskan Aceh dari pengaruh Pedie, Sultan Ali Mughiyah Syah yang juga terkenal dengan sebutan Sultan Ibrahim menjadi penguasa pertama (1514-1528 M) seka ligus sebagai pendiri Kerajaan Aceh Darussalam. Di bawah kepemimpinannya, Aceh terus melaju ke arah sukses yang semakin gemilang.

Baik di bidang konsolidasi politik, ekonomi, maupun ekspansi (perluasan wilayah). Aceh merupakan gudang monumen seja rah jika dilihat dari segi arkelologi. Berikut tiga bangunan khas peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam.

Makam Raja

Beberapa makam yang berada di Kota - madya Banda Aceh, di antaranya kompleks makam di Museum Negeri Aceh (Rumoh Aceh) yang dikenal sebagai Kelompok Bapperis. Kompleks makam tersebut berjajar dan diberi papan nama sesuai yang dimakamkan lengkap dengan angka tahunnya.

Sedangkan, makam Sultan Iskandar Muda terletak tidak jauh dari Kompleks Bapperis. Kompleks makam yang terletak di lokasi Ke - rajaan Aceh adalah makam raja-raja dan keluar - ga nya, seperti Sultan Alauddin Al Qahar. Kompleks itu terkenal dengan nama makam Kandang XII karena ada 12 makam dan kandang berarti makam. n

Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Biturrahman didirikan pada 1292 oleh Sultan Alaudin Mahmudsyah I sebagai masjid kesultanan. Sultan melakukan shalat bersama-sama penduduk di masjid ini.

Kubah masjid Baiturrahman menyerupai kubah yang berada di masjid-masjid Persia, bahkan ada persamaan dengan kubah di Taj Mahal (Agra, India) karena adanya hubungan baik antara Kerajaan Aceh dengan negara-negara tersebut dalam waktu yang cukup lama. n

Lonceng Cakra Donya

Lonceng Cakra Donya yang tergantung di pintu masuk Museum Aceh merupakan simbol persahabatan Aceh dan Tiongkok sejak abad ke-15 silam. Inilah saksi bisu kuatnya armada militer Kerajaan Aceh Darussalam pada masa jayanya. Lonceng raksasa ini berbentuk stupa, dibuat pada 1409 Masehi.

Tingginya mencapai 125 sentimeter, lebar 75 sentimeter. Di bagian luar terukir hiasan dan tulisan Arab juga Cina. Lonceng dibawa ke Aceh oleh Laksamana Cheng Ho sekira 1414 M sebagai simbol persahabatan kedua negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement