REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina berkeinginan berbicara dengan India tentang kemungkinan permintaannya menjadi anggota penuh Kelompok Penyedia Nuklir (NSG), kata diplomat tinggi Cina pada Senin (10/10) sebelum menghadiri pertemuan di India.
India pada bulan lalu mengatakan mereka mengadakan pertemuan hakiki dengan Cina terkait usahanya bergabung dengan NSG, kelompok beranggotakan 48 negara, yang melakukan perdagangan dalam bidang teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Perdana Menteri India Narendra Modi bergiat untuk bergabung ke NSG guna mendukung dorongan senilai multi juta dolar untuk membangun sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kerja sama Rusia, Amerika Serikat dan Prancis, dan mengurangi ketergantungan India terhadap bahan bakar fosil, yang menimbulkan pencemaran.
Namun, permintaannya masuk ke kelompok itu, yang dipicu uji senjata nuklir pertama India pada 1974, gagal menarik dukungan dari Cina, yang memiliki hak veto dalam kelompok negara tersebut. Saat berbicara kepada wartawan sebelum Presiden Xi Jinping berkunjung ke India pada pekan ini untuk menghadiri pertemuan kelompok negara berkembang BRICS, Wakil Menteri Luar Negeri Li Baodong mengatakan anggota baru NSG perlu disetujui oleh seluruh anggota.
"Ketentuan itu tidak dirancang oleh Cina. Terkait isu bergabung ke dalam NSG, Cina dan India selama ini memiliki komunikasi yang baik, dan (Cina) berkeinginan untuk melakukan komunikasi lebih banyak dengan pihak India, untuk meningkatkan konsensus. Terkait hal ini, Cina berkeinginan memeriksa bersama segala kemungkinan dengan India, namun ini harus sejalan dengan ketentuan NSG, dan sejumlah peraturan perlu dijunjung tinggi oleh seluruh pihak," kata dia.
Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) mengakui lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris dan Prancis, sebagai negara dengan senjata nuklir namun tidak untuk yang lain. India tidak menandatangani NPT namun mengatakan bahwa rekam jejak non-proliferasi mereka dapat memasukkan mereka sebagai anggota NSG.
India diberikan surat pernyataan NSG pada 2008 lalu yang memperbolehkan negaranya terlibat dalam perdagangan nuklir, namun tidak memiliki hak dalam pengambilan keputusan kelompok itu. Pendukung permintaan NSG India, termasuk Amerika Serikat, berharap sebuah kesepakatan dapat tercapai meskipun adanya halangan dalam pertemuan tahunan kelompok itu di Seoul pada Juni.
Xi juga akan mengunjungi Bangladesh dan Kamboja dalam perjalanan Asianya. Kelompok negara berkembang BRICS beranggotakan sejumlah negara, seperti Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan.