REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah SAW yang bergelar Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin). Zainab binti Khuzaimah ber beda dengan istri Nabi SAW lainnya yang bernama Zainab binti Jahsy. Zainab memang sangat dikenal karena kebaikan hatinya dan sangat pemurah. Dia banyak menyantuni orang-orang miskin.
Ummul Mukminin yang satu ini sangat dimuliakan sebagai salah satu istri Rasulullah SAW. Kebersamaannya dengan Rasulullah sebagai suami istri juga tak berlangsung lama. Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah yang wafat setelah Khadijah RA. Rasulullah SAW sendiri yang merawat jenazah Zainab saat wafat.
Zainab memiliki nama lengkap Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al Hilaliyah. Ibunya bernama Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah.
Zainab lahir sebelum tahun ke-13 Rasul mendapatkan kenabiannya. Wanita dermawan ini berasal dari keluarga yang dihormati dan disegani.
Kedermawannanya telah dikenal, bahkan sebelum beliau memeluk Islam. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Zainab sudah digelari Ummul Masakin. Zainab selalu mengutamakan kedermawanannya pada orang-orang miskin daripada memanjakan dirinya sendiri dengan harta benda yang dimiliki. Sifat penyantun yang dimilikinya pun sudah ada sebelum dia mengetahui bahwa dengan sifatnya dapat mendatangkan pahala dari Allah SWT.
Dalam kehidupan beragamanya, Zainab termasuk kelompok wanita pertama yang memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, dia menolak syirik dan menyembah berhala, dia juga selalu menjauhkan diri dari perbuatan Jahiliyah.
Sebelum menikah dengan Rasulullah ketika masa Jahiliyah dia menikah dengan Thufail bin Harits. Namun, Thufail menceraikan Zainab karena tak kunjung memiliki anak saat hijrah ke Madinah. Kemudian, untuk memuliakanya, saudara laki-laki Thufail, Ubaidah bin Harits, menikahinya. Ubaidah dikenal sebagai seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib.
Keperkasaannya dibuktikan hingga ia gugur syahid dalam perang Badar, Zainab pun kembali menjanda. Untuk melindungi dan meringankan beban kehidupan Zainab, Rasulullah pun menikahinya.
Rasulullah luluh karena kebaikan hati dan lemah lembut Zainab terhadap orang miskin. Rasulullah selalu mendahulukan kepentingan kaum Muslimin, termasuk kepentingan Zainab. Wajah Zainab memang tidak terlalu cantik, tapi kecantikan hatinya yang membuat ia dinikahi Rasulullah. Beberapa sahabat juga enggan menikahinya setelah ia kehilangan Ubaidah sebagai pahlawan Badar.
Rasulullah menikah dengan Zainab setelah beliau menikah dengan Hafshah binti Umar. Tapi, pernikahannya dengan Zainab hanya selama tiga bulan karena setelah itu Zainab meninggal dunia. Ketika menikah, Rasulullah memberikan sebesar 10 uqiyah perak dan merayakan walimah dengan berbagai hidangan. Undangan pun tak hanya diberikan pada kaum berada, kaum dhuafa pun diundang dan duduk bersama menikmati hidangan yang disediakan.
Biasanya, Rasul mengingkari gelar yang didapatkan ketika pada masa Jahiliyah. Tetapi, tidak dengan gelar yang didapatkan Zainab sebagai Ummul Masakin. Zainab juga dikenal selalu meringankan beban saudaranya, seperti perlakuan dia terhadap budaknya. Zainab memiliki seorang budak dari Habasyah. Selu ruh budak yang dimilikinya tidak pernah diperlakukan layaknya budak. Perlakuannya terhadap budak diberikan seperti kerabat dekat.
Zainab wafat pada akhir Rabiul Akhir bulan ke-39 sejak hijrahnya Rasulullah. Rasul pun menguburkan Zainab di Baqi. Zainab meninggal di usia yang cukup muda, 30 tahun.