REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang, resmi menyatakan wilayah ini dalam kondisi siaga bencana. Pasalnya, sebagian wilayah di kabupaten ini memang rawan bencana. Terutama, bencana banjir dan tanah longsor.
Kepala BPBD Kabupaten Karawang, Asip Suhendar, mengatakan, ada 13 dari 30 kecamatan di kabupaten ini yang rawan bencana banjir serta tanah longsor. Alasan ditetapkannya siaga bencana, mengingat saat ini curah hujan yang turun masih cukup tinggi. Kondisi ini, bisa memicu naiknya volume air tiga sungai besar yang melintasi wilayah ini. Jika, sungai itu meluap maka Karawang terancam terendam banjir.
"Banjir di wilayah kami, disebabkan meluapnya air tiga sungai besar, yakni Citarum, Cibeet dan Cilamaya," ujar Asip, kepada Republika.co.id, Senin (10/10).
Menurut Asip, pihaknya terus mewaspadai kondisi saat ini. Terutama, bila hujan yang turun terus menerus. Karena itu, pihaknya mengintensifkan komunikasi sampai tingkat kepala desa. Jika ada tanda-tanda bencana, diharapkan bisa segera lapor. Supaya, ada penanganan sejak dini.
Selain itu, pihaknya juga selalu berkoordinasi dengan PJT II Jatiluhur selalu pengelola Waduk Jatiluhur. Mengingat, air yang mengalir ke Sungai Citarum, salah satunya disuplai dari Waduk Jatiluhur. "Makanya, setiap hari kita memantau kenaikan volume Sungai Citarum di bendung pembagi, Walahar," ujarnya.
Sementara itu, Ospida Batubara (45 tahun), warga Perum Karaba Indah, Desa Wadas, Kecamatan Teluk Jambe Barat, mengaku, jika musim penghujan seperti ini warga di perumahan ini selalu was-was. Karena, perumahan ini lokasinya sangat dekat dengan bibir Sungai Citarum.
"Kalau air Citarum naik, perumahan kami jadi yang paling awal terdampak banjir," ujarnya.
Karena itu, setiap harinya ada warga yang tugasnya khusus memantai debit sungai. Jika kondisinya sudah waspada, maka akan pengumuman dari pengurus RT/RW di masjid terdekat. Kalau sudah begitu, warga bersiap-siap mengamankan barang berharganya dari terjangan banjir.