REPUBLIKA.CO.ID, Haiti berkabung. Sejak diterjang bencana Badai Matthew beberapa hari lalu, korban tewas hingga saat ini Senin (10/10) terus bertambah bahkan menembus angka 1000 orang. Warga pun mulai membuat kuburan massal bagi para korban tewas.
Bencana ini seperti mimpi buruk bagi masyarakat Haiti. Badai Matthew yang menerjang dengan kecepatan 230 kilometer per jam ini merupakan badai terbesar yang terjadi selama hampir satu dekade. Badai ini membawa angin kencang yang disertai dengan hujan lebat.
Kini, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, sebanyak 1,4 juta warga Haiti membutuhkan bantuan kemanusiaan. Badai ini mengakibatkan kehancuran dan kerusakan hebat pada rumah-rumah warga. Puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Menurut Pejabat Pemerintah Pusat di Semenanjunag Barat Haiti Kedner Frenel, mayat-mayat yang mulai membusuk membuat penguburan massal harus segera dilakukan. Kondisi warga semakin memprihatinkan dengan munculnya wabah kolera.
Kolera menyebabkan diare berat dan dapat membunuh dalam hitungan jam jika tidak diobati. Kolera dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi dengan masa inkubasi yang singkat.
Frenel mengatakan ada kekhawatiran besar tentang kolera yang semakin menyebar hingga ke wilayah barat daya Haiti. Mengantisipasi ini, pihak berwenang difokuskan untuk dapat menyediakan air, makanan dan obat-obatan kepada ribuan orang yang tinggal di tempat penampungan.
Pemerintah juga membuat pusat-pusat pengobatan di barat daya Haiti untuk mengatasi penyebaran wabah ini. Hingga saat ini, masih terdapat kesimpangsiuran terkait jumlah korban tewas akibat badai Matthew ini. Dalam perhitungan Badan Perlindungan Sipil Pusat, jumlah korban jiwa baru mencapai 336 orang. Penghitungan jumlah korban oleh badan ini terbilang lambat karena harus mengunjungi satu per satu desa di Haiti.
Sementara itu, Frenel mengungkapkan, di Grand’anse saja jumlah korban jiwa mencapai angka 522 orang, di sisi selatan Semenanjung korban menyentuh angka 386 orang dan sisanya 92 orang yang tersebar diseluruh Haiti.