REPUBLIKA.CO.ID, JEREMIE -- Kuburan massal masih terus digali hingga sepekan setelah badai Matthew menyapu Haiti. Jasad-jasad tak bernama yang kondisinya sulit dikenali tidak bisa lagi menunggu lama.
Pada Ahad (9/10) waktu setempat, pemerintah mengatakan jumlah korban tewas ternyata melampaui 1.000 orang. Sejumlah area yang dulu tempat berdiri bangunan telah porak-poranda, hampir rata dengan tanah.
Di sana, anak-anak bermain dan sejumlah orang menyaksikan proses penguburan korban tewas. Badai kategori lima itu menyapu Haiti pada Selasa dengan kecepatan angin 233 kilometer per jam, dibarengi hujan desar dan banjir,
Matthew jadi badai terburuk dalam satu dekade terakhir. PBB mengatakan 1,4 juta orang butuh bantuan pascabadai. Apalagi kini, bencana lain mulai memangsa, kolera.
Pasokan air bersih telah tercemar dan penduduk sulit memperoleh air yang layak. Kekhawatiran akan wabah kolera mulai merebak di negara termiskin Amerika ini.
Jumlah kematian mencapai 1.000 orang merupakan perhitungan Reuters. Sementara badan perlindungan sipil Haiti menyebut korban tewas adalah 336 orang.
Pejabat senior Haiti, Kedner Frenel mengatakan penguburan korban tewas dilakukan di Jeremie. "Jasad-jasad ini mulai membusuk," kata dia. Frenel tidak sepakat dengan perhitungan jumlah korban oleh pemerintah.
Menurutnya, 522 orang tewas di Grand'Anse. Sebanyak 15 dari 18 wilayah telah melaporkan jumlah korban mencapai 386 orang. Di sisa wilayah, 92 orang tewas. Sehingga angka dari pemerintah masih sangat minim.