Selasa 11 Oct 2016 01:35 WIB

Korban Badai Haiti Masih Menanti Bantuan

Rep: Kabul Astuti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga Haiti memperbaiki rumahnya yang hancur karena badai dengan material seadanya
Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins
Warga Haiti memperbaiki rumahnya yang hancur karena badai dengan material seadanya

REPUBLIKA.CO.ID, MARFRANC -- Sebuah kantor polisi sempit disulap menjadi klinik darurat. Darline Derosier sibuk melayani para pasien yang terluka setelah badai Matthew menghantam semenanjung barat daya Haiti.

Dia adalah satu-satunya petugas kesehatan yang membantu 40 pasien di kantor polisi sambil menunggu datangnya bantuan. Bantuan masih tersendat, padahal sudah hampir sepekan sejak badai melanda negara itu pada 4 Oktober lalu.

Di antara para pasien, tampak seorang perempuan tua tergeletak tak sadarkan diri di lantai sel dengan kaki dibalut kain tua. Seorang pria di sebelahnya menderita luka di bagian leher. Mata Derosier berkaca-kaca. "Orang-orang akan segera mati jika kita tidak mendapatkan bantuan," kata Derosier, dilansir dari Associated Press, Selasa (11/10).

Kota ini berjarak 45 menit kendaraan di sebelah barat daya kota pesisir Jeremie, tempat makanan, obat-obatan, dan air bersih tiba. Tapi, lambatnya distribusi membuat banyak orang semakin putus asa.

Badan Kemanusiaan PBB di Genewa mengajukan permintaan darurat pada Senin (10/10) dengan jumlah bantuan hampir 120 juta dolar. Mereka mengatakan, sekitar 750 ribu orang di barat daya Haiti membutuhkan bantuan dalam tiga bulan ke depan.

Menurut para pejabat PBB, setidaknya 1,4 juta orang di seluruh wilayah membutuhkan bantuan dan 2,1 juta di antaranya telah terdampak badai. Sekitar 175 ribu orang masih berada di tempat penampungan. Listrik mati, sementara air dan makanan langka.

Sejumlah pemuda di desa-desa sepanjang jalan dari Les Cayes ke Jeremie justru membangun blokade untuk menghentikan konvoi bantuan setelah mereka juga mengalami tanah longsor. Penyerangan oleh orang-orang bersenjata terjadi di sebuah lembah terpencil.

National Civil Protection yang berkantor di Port-au-Prince menduga total korban tewas secara resmi mencapai 372, termasuk 198 angka kematian di Grand-Anse. Namun, para pejabat lokal mengatakan jumlah korban di Grand-Anse saja sudah mencapai lebih dari 500 jiwa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement