REPUBLIKA.CO.ID, “Dengan adanya pernikahan, jadilah seorang istri membuat suaminya lebih indah. Sebaliknya, seorang suami dapat menjadikan seorang istri menjadi lebih cantik,” ujar Ustaz Erick Yusuf yang ditemui dalam acara siraman pernikahan di Komplek Arya Graha, Bandung.
Maha Besar Allah yang telah menciptakan segala yang ada di bumi ini dengan berpasang-pasangan. Ada baik dan buruk, siang dan malam, laki-laki dan perempuan, begitupun suami dan istri. Allah Ta’ala berfirman: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat:59).
Seperti halnya manusia diciptakan berpasang-pasangan supaya manusia mau memikirkan nikmat yang telah Allah berikan padanya, yaitu memikirkan akan ketetapan ini. Hikmahnya adalah dengan berpasangan tersebut keberadaan makhluk tetap ada, karena akan tumbuh dan berkembang. Dari situlah banyak diraih manfaat.
“Ketika seorang suami dan istri sudah menikah, maka jadikanlah bahwa pernikahan merupakan ibadah kepada Allah SWT. Jadikan perikahan menjadi jalan menuju mengharap Ridha Allah SWT,” ujar Pimpinan Dakwah iHAQi tersebut.
Syariat Islam telah mengatur hak suami terhadap istri dengan cara menaatinya (selama ia tidak keluar dari Syariat dan hukum Allah). Istri harus menaati suami dalam segala hal yang tidak berbau maksiat, berusaha memenuhi segala kebutuhannya sehingga membuat suami ridha kepadanya.
Istri yang taat adalah istri yang mengetahui kewajibannya dalam agama untuk mematuhi suaminya dan menyadari sepenuh hati betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu menaati suaminya pada hal-hal yang berguna dan bermanfaat, hingga menciptakan rasa aman dan kasih sayang dalam keluarga. Ini agar perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan jauh dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat.
Sebaliknya, Islam telah memberikan hak seorang wanita secara penuh atas suaminya. Di mana Islam memerintahkannya untuk menghormati istrinya, memenuhi hak-haknya, dan menciptakan kehidupan yang layak baginya sehingga istrinya patuh dan cinta kepadanya. Kewajiban menataati suami yang telah ditetapkan agama Islam kepada istri tidak lain karena tanggung jawab suami yang begitu besar.
Sebab suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan dia bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggungannya. Di samping itu, karena suami sangat ditekankan untuk mempunyai pandangan yang jauh ke depan dan berwawasan luas, sehingga suami dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui istri berdasarkan pengalaman dan keahliannya di bidang tertentu.
Ketaatan kepada suami mungkin memberatkan seorang istri. Seberapa besar istri mempersiapkan dirinya untuk mematuhi suaminya dan bersikap ikhlas dalam menjalankannya, maka sebanyak itulah pahala yang akan didapatkannya. “Balasan itu berbanding lurus dengan amal yang dilakukan seseorang.”
Tidak diragukan bahwa istri bisa memetik banyak pahala selain taat kepada suami seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Namun, pahala yang didapatkannya tidak sempurna jika tidak mendapatkan pahala dalam menaati suaminya, menyenangkan hatinya, dan tidak melakukan sesuatu yang tidak disukainya.
Suami adalah pelindung keluarga berdasarkan perintah Allah kepadanya, maka dialah yang bertanggungjawab dalam hal ini. Akhirnya, marilah kita beribadah secara benar. Benar dalam pengertian sesuai yang diajarkan oleh Allah dan Rasulnya. Jika tidak, kita akan terus menyesuaikan agama ini dengan ajaran-ajaran yang tidak dibenarkan.