Selasa 11 Oct 2016 12:49 WIB

Putin dan Erdogan Sepakat Akhiri Pertumpahan Darah di Suriah

Rep: Puti Almas/Mgrol81/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki recep Tayyip Erdogan mendesak agar pertumpahan darah di Suriah segera dihentikan. Hal ini dibahas dalam pembicaraan antara kedua pemimpin negara pada Senin (10/10).

"Rusia dan Turki meminta agar konflik Suriah segera dihentikan. Rusia berpikir untuk menyelesaikan hal itu salah satunya dengan cara politik," ujar Putin seperti dilansir RT, Selasa (11/10).

Putin mengklaim, Rusia dan Turki bersama-sama mendukung usulan dari utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan De Mistura. Usulan itu adalah mengenai disingkirkannya semua kelompok militan dari Kota Aleppo.

"Kami sepakat untuk melakukan sesuatu mendukung Mistura yang juga memberi ide untuk menarik pasukan militer yang tak meletakkan senjata mereka dan mengakhiri kekerasan di Aleppo," jelas Putin.

Dalam pertemuan, Putin dan Erdogan juga sepakat memperkuat kerja sama militer serta badan intelijen dua negara. Rusia juga siap mengembangkan berbagai proyek pasukan dalam skala besar.

Sementara itu, Erdogan mengatakan operasi militer Turki di Suriah ditujukan untuk memberi bantuan kepada warga sipil di Aleppo. Strategi untuk melindungi warga sipil, khususnya di wilayah-wilayah yang terkepung pertempuran juga dibahas bersama dengan Rusia.

Baca juga, NATO Berharap Turki tak Terlalu Mesra dengan Rusia.

"Kami benar-benar melihat dari sudut pandang kemanusiaan dalam memilih strategi apa yang bisa digunakan untuk membantu warga sipil yang terjabak dalam situasi mengerikan di Suriah," jelas Erdogan.

Selain itu, Putin juga menekankan, salah satu kerja sama yang dilakukan dengan Turki dalam konflik Suriah adalah memastikan keamanan pengiriman bantuan untuk warga sipil. Dengan demikian, tidak ada lagi kekurangan pangan, maupun obat-obatan yang selama ini dilaporkan sangat minim, khususnya bagi warga yang ada di Aleppo.

Selain membahas masalah Suriah, kedua presiden juga membahas kerja sama pembangunan proyek bersama negara. Di antaranya adalah proyek pipa gas streaming Turki dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu di Turki.

Rusia dan Turki berada di pihak berbeda dalam konflik Suriah. Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad, sebaliknya Turki membela oposisi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement