Selasa 11 Oct 2016 16:26 WIB

HNW: Menyatakan Cagub Muslim Korupsi adalah SARA

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.
Foto: mpr
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menilai wajar apabila warga DKI Jakarta menginginkan gubernur beragama Islam. Pasalnya, mayoritas warga DKI (sekitar 80 persen) adalah Muslim.

Hidayat mencontohkan, di negara-negara Eropa jarang, bahkan tidak ada Presiden atau Perdana Menteri beragama Islam lantaran mayoritas agama di sana memang bukan Islam. "Nah salahkah kalau Jakarta pengen pemimpin Muslim? nggak, itu demokrasi proporsional. Itu HAM," katanya saat audiensi dengan ibu-ibu dari Majelis Taklim Yayasan Insan Mandiri Sejahtera di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (11/10). Menurut dia, ajakan untuk memilih pemimpin Muslim bukanlah SARA.

Politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut mengatakan, justru pernyataan lebih baik kafir tapi jujur daripada Muslim tapi korupsi itulah yang bersifat SARA dan melanggar HAM. "Belum apa-apa sudah bilang Muslim tapi korupsi, itu kan sudah menuduh," kata Hidayat.

Dia menyebut, kasus korupsi terbesar di Indonesia yakni terkait dana talangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan negara hingga Rp 143,8 triliun. Para tersangka korupsi tersebut, kata dia, tidak satupun yang beragama Islam. "(Korptor) tidak semuanya beragama Islam," katanya. Karena itu, kata dia, kalau ada yang mengatakan cagub Muslim korupsi itu sudah SARA. "Melecehkan, dan menuduh."

Hidayat mengatakan, banyak contoh gubernur Muslim di Indonesia yang tidak korupsi. "Gubernur Jabar Aher, Jateng, NTB, Sumbar," katanya.

Melihat penduduk DKI yang mayoritas Muslim, Hidayat optimistis gubernur yang nantinya terpilih adalah yang beragama Islam. Warga DKI Jakarta beragama Muslim berhak memilih dan ikut memenangkan cagub beragama Islam. Namun, kata Hidayat, warga jangan hanya merasa bahwa cagub Muslim hanya akan dipilih oleh umat Islam saja. Ada kemungkinan warga non-Muslim juga ikut memilih cagub Muslim.

"Kalau ada suara non-Muslim jangan diabaikan, jangan dimuazirkan," kata dia.

Menurut Hidayat, ada beberapa tokoh non-Muslim beretnis Cina yang enggan mendukung cagub pejawat diantaranya Harry Tanoesoedibjo, Kwik Kian Gie, dan Lies Sungkharisma.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement