REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius, mengatakan paham terorisme tak hanya mempengaruhi orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Suhardi menyebut, anak-anak dapat memperoleh paham radikalisme melalui media sosial yang sangat mudah diakses.
Karena itu, ia mengimbau agar peran keluarga khususnya orangtua lebih ditingkatkan untuk mengawasi kegiatan anak-anak mereka, terlebih saat menggunakan media sosial. "Peran keluarga bapak ibunya harus bisa mengawasi anak-anaknya. Sekarang kan aksesnya masuk ke sosmed, ketika anak-anak itu mulai menyendiri kan tidak bagus, dilihat dulu kontennya apa," jelas Suhardi di PTIK, Jakarta, Selasa (11/10).
Menurut dia, dalam sehari anak-anak dapat mengakses internet selama sekitar 180 menit atau sekitar tiga jam. Berbagai konten pun dapat diakses oleh anak-anak. Karena itu, keluarga dan guru di sekolah pun perlu meningkatkan kewaspadaannya. "Kan tadi saya katakan kurang lebih 180 menit kita semua tidak hanya terbatas pada anak muda saja menghabiskan waktu dengan gadgetnya 180 menit, kurang lebih tiga jam. Berarti konten yang dibuka kan kita nggak tahu, berarti termasuk anak-anak kita, kewaspadaan kita (ditingkatkan)," kata dia.
Suhardi mengatakan, guru maupun dosen di lingkungan sekolah pun perlu bekerja sama untuk mencegah penyebaran paham radikalisme di kalangan anak-anak dan remaja. Jika terdapat kelompok remaja yang memisahkan diri dari lingkungannya dan terlihat tertutup, maka harus diwaspadai. "Ibu guru dan dosen juga harus lihat ketika ada muridnya memisahkan diri, kemudian ada kelompok eksklusif tertutup, itu harus dicari, laporkan, sehingga bisa kita untuk bekerja sama," kata Suhardi.