Rabu 12 Oct 2016 07:13 WIB

Serangan Wereng Ancam Pertanian Karawang

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nur Aini
Petani menanam padi di sawah (ilustrasi).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petani menanam padi di sawah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,KARAWANG -- Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan (Distanhutbunak) Kabupaten Karawang, mengimbau kepada petani untuk mewaspadai serangan hama wereng. Hal ini karena, saat anomali cuaca seperti ini potensi serangan wereng sangat tinggi.

Kepala Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karawang, Kadarisman, mengatakan, petani harus waspada terhadap cuaca seperti ini. Mengingat, curah hujan yang turun masih cukup tinggi. Dengan kondisi cuaca seperti ini, perkembangbiakan hama wereng dinilai sangat cepat.

"Makanya, kami mengimbau supaya petani waspada terhadap serangan hama," ujarnya, kepada Republika.co.id, Selasa (11/10).

Menurut Kadarisman, pertanian di wilayahnya tidak ada yang aman dari serangan hama wereng. Karena, organisme pengganggu tanaman itu sangat menyukai kondisi yang lembab. Apalagi, saat ini mayoritas tanaman padi di Karawang, usianya di atas sebulan.

Menurut Kadarisman, luas baku pertanian di wilayahnya mencapai 97.577 hektare. Akan tetapi, pada musim tanam gadu pertama ini ada penambahan, jadi luasannya 112 ribu hektare. Adapun, yang sudah panen sekitaran 30 ribu hektare. "Semua luasan sawah sudah tanam. Tinggal menunggu panen," ujarnya.

Meski demikian, kata Kadarisman, sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan serangan hama yang sporadis. Sehingga, diharapkan hasil panen musim gadu ini bisa maksimal.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah I Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Tempuran, Ijam Sudjanan mengatakan, sampai saat ini serangan hama wereng belum terjadi. Bahkan, kecenderungannya aman. Mengingat, sawah di golongan air tiga yang meliputi Kecamatan Tempuran, dalam beberapa pekan lagi akan panen.

"Alhamdulillah saat ini tidak ada serangan hama," ujarnya.

Menurut Ijam, tidak adanya serangan wereng ini dampak dari kekeringan tahun kemarin. Saat itu, suplai air di irigasi tidak ada. Jadi, petani menunda tanam sampai tiga bulan. Dengan kata lain, pada musim gadu di 2015 kemarin terjadi kemunduran masa tanam sampai tiga bulan sehingga siklus perkembangbiakan hama terpotong.

"Yang jadi khawatir kami, panen saat ini harganya rendah gara-gara curah hujan tinggi," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement