REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki tak bisa ditinggalkan dalam operasi militer untuk mengambilalih Kota Mosul di Irak. Turki bersikeras ikut operasi militer meski Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi meminta agar Turki segera memerintahkan tentaranya pergi dari basis militer di Bashiqa, Irak.
"Kamu bukan teman bicara saya, kamu tak selevel dengan saya, kamu tak setara dengan saya, dan kamu tak memiliki kualitas yang sama dengan saya. Teriakanmu di Irak tak penting bagi kami. Kamu harus tahu bahwa kami akan pergi dengan cara kami sendiri," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ditujukan kepada Perdana Menteri Irak, Selasa, (11/10).
Saat ini ratusan tentara Turki ada di Bashiqa melatih lebih dari 3.000 suku Turki, Kurdi, maupun Suni Arab dari Mosul. Sebanyak 700 anggota ISIS telah dibunuh saat mau menyerang basis di Bashiqa.
Turki telah berulang kali memperingatkan kemungkinan terjadinya perang saudara yang disebabkan oleh perang sektarian jika Mosul yang mayoritas dihuni oleh Suni dipimpin oleh Syiah.
Pekan lalu kedua negara memanggil duta besarnya pulang saat Irak meminta Dewan Keamanan PBB menegur Turki karena tak mau menarik tentarannya dari Bashiqa. Turki, ujar Erdogan, tak akan menarik tentara. Sebab dulu Haider al Abadi sendiri yang memerintahkan tentara Turki ke Irak.
Baca juga, ISIS Serang Kamp Pelatihan Turki di Irak.
"Tentara Turki tak akan kehilangan kualitasnya untuk menerima perintah anda. Kami akan melakukan apapun yang diperlukan sampai semuanya beres," katanya seperti dilansir Alarabiya.
Perdana Menteri Turki Binali Yildrim memperingatkan, seharusnya operasi militer untuk membaskan Mosul dari ISIS tak mengubah demografi. "Turki khawatir jika ISIS telah diusir maka Kurdi atau ISIS akan mengambilalih Mosul dan mengusir Suni Arab atau suku Turki."
Yildrim menekankan, operasi militer di Mosul hanya dilakukan untuk mengusir ISIS. "Jika operasi militer ditujukan untuk mengubah struktur demografi di Mosul pasti akan terjadi perang saudara, perang sektarian yang sangat besar, ini peringatan dari kami."