REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan calon gubernur yang akan bersaing pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 perlu berhati-hati dalam menyikapi isu-isu primordial.
"Permasalahan yang terjadi terakhir terhadap salah satu calon gubernur di DKI Jakarta setidaknya menunjukkan kehati-hatian dalam menyikapi permasalahan primordial merupakan satu hal yang penting," kata Firman dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Firman memperkirakan calon yang lebih mampu menunjukkan keteduhan dan kematangan dalam menyikapi masalah primordial akan lebih banyak menuai simpati masyarakat dan pemilih.
Karena itu, jangan sampai ada pernyataan tentang isu primordialisme atau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dari para calon yang justru berpotensi menyudutkan posisinya sendiri.
Sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei tentang tingkat keterpilihan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan bersaing pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Menurut survei LSI, tingkat keterpilihan Ahok-Djarot adalah 31,4 persen, disusul Anies-Sandiaga 21,1 persen dan Agus-Sylvi 19,3 persen. Sedangkan Populi Center merilis survei tingkat keterpilihan dengan hasil Ahok-Djarot 45,5 persen, Anies-Sandiaga 35,5 persen dan Agus-Sylvi 15,8 persen.
Baca juga, Pengamat: Anies-Sandiaga Bisa Menangkan Pilkada Jakarta, Jika.
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 akan diikuti tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur. Mereka adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura dan Partai Nasdem.
Kemudian Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS.