REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) raksasa asal Arab Saudi, Saudi Aramco akan melakukan listing atas kepemilikan lima persen sahamnya pada 2018. Langkah ini dilakukan menyusul keyakinan terhadap harga minyak dunia yang perlahan mulai merangkak naik.
CEO Saudi Aramco Amin H Nasser menyatakan, perusahaannya bakal melakukan penawaran saham perdana dengan nilai yang terbilang fantastis pada 2018. Nasser menilai, kenaikan harga minyak dunia yang mulai terjadi ini sejalan dengan mulai naiknya permintaan atas minyak bumi untuk negara-negara produsen besar.
Nasser menyatakan bahwa pasar dunia sudah diap untuk mempertimbangkan penawaran saham sebesar lima persen dari Saudi Aramco. Perusahaannya, lanjut Nasser, juga akan menyiapkan 300 miliar dolar AS untuk investasi selama 10 tahun mendatang.
Biaya yang tak sedikit ini disiapkan untuk menggenjot produksi gas. Saudi Aramco memang akan lebih fokus ke produksi gas dibanding minyak bumi dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Deputi Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mencetuskan ide untuk melakukan reformasi besar-besaran di sektor migas, di mana negaranya akan beralih dari ketergantungan atas penerimaan dari migas menjadi sebuah kekuatan investasi skala global. Salah satu langkah yang akan ditempuh, dengan menginvestasikan proyek 9,5 Giga Watts (GW) pembangkit listrik dari energi baru terbarukan.
Nasser mengaku bahwa Aramco juga berminat untuk masuk ke pasar energi baru terbarukan, di samping bahan bakar fosil yang perlahan tapi pasti akan ditinggalkan. Energi baru terbarukan (EBT) dianggap menjadi masa depan pemenuhan energi bagi negara-negara maju.
"EBT ada dalam benak kami. Dan kami berharap bisa menjadi pemain utama dalam energi baru terbarukan di masa depan," kata Nasser seperti dikutip oleh Aljazirah.
Aramco bahkan sudah mengadakan satu departemen khusus yang menangani energi baru terbarukan dan sedang mendalami kajian pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dan surya.