Kamis 13 Oct 2016 10:42 WIB
Dari Gatoloco. Aidit, Panji Kusmin, Monitor, Hingga Ahok (2)

Aidit Dikeroyok Massa, 'Patine Gusti Allah', dan Sinisme Islam Pascakemerdekaan

Kader Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kader Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sikap sinis, bahkan kemudian muncul sebagai sikap antiagama (anti-Islam) yang dahulu dilakukan pemerintah kolonial melalui buku Gatoloco, ternyata terus berlanjut hingga masa pascakemerdekaan. Pertarungan politik antara kekuatan politik yang disokong ideologi komunis dan politik Islam pada satu sisi kembali menyuburkan sikap anti Islam itu.

Situasi makin panas ketika partai mulai diberikan peran yang lebih luas di dalam pengambilan kebijakan setelah ditandatangani pengakuan kedaulatan oleh Belanda melalui  Konfrensi Meja Bundar Den Haag pada akhir tahun 1949. Para aktivis PKI dan berbagai pihak yang selama ini memang telah ‘anti’ atau tak suka terhadap Islam mengambil perannya. Jangan heran apabila saat itu mulai muncul olok-olok terhadap agama secara lebih terbuka.

Masih dalam buku ‘Mengislamkan Jawa’ (Serambi, tahun 2013), sejarawan kontemporer Australia, MC Ricklefs, mencatat bila saat itu terjadi pertarungan yang keras antara pihak yang mengharapkan proses islamisasi yang lebih mendalam atas masyarakat dengan pihak yang berusaha melemahkan usaha islamisasi itu. Kekuatan politik NU dan Masyumi mendapat rival yang tangguh, yakni PKI. Mendekati tahun 1960 pertarungan ini kian menjadi.

Ricklefs mencatat, pemimpin PKI, DN Aidit, terus menerus mendengung-dengungkan revisionisme sejarah yang ini juga menjadi penyokong ide dari terbitnya buku Gatoloco yang  di zaman pemerintah kolonial oleh sebagian elit ‘terdidik  Jawa’ dipakai  untuk melawan Islam selama satu abad sebelumnya.  Idialita kebesaran Majapahit terus dihidupkan sebagai kerajaan pra-Islam terbesar yang pada abad ke-16 kemudian hancur karena pengkhianatan busuk umat Muslim pertama.

Tentu saja, lanjut Ricklefs dalam gagasan revisionisme itu, Aidit kini menambahkan lapisan jargon Komunis, sembari menginjeksi feodalisme, kapitalisme, dan kontradiksi. ’’Pedagang-pedagang Muslim dari Persia dan India,’’ demikian tulis Aidit, mempertobatkan bangsawan Hindu setempat agar memeluk Islam dan mendorong mereka membuang loyalitas mereka kepada Majapahit. Wali Sanga kemudian menjatuhkan Majapahit.

Ricklefs kemudian mengacu pada buku 'DN Aidit, Indonesian Society and The Indonesia Revolution, Djakarta Yayasan Pembaruan, 1958, hal  23-4'. Ketua Umum PKI tersebut menyataan: "(Semua, red) Ini akibat dari kontradiksi yang muncul antara kerajaan-kerajaan feodal Muslim yang telah menyatu padu dengan pemilik modal komersial (para saudagar dan kerajaan-kerajaan Hindu yang masih sepenuhnya agraris."

Maka, lanjut Ricklefs,  bisa yakin bahwa tema yang sama ini –bahwa bagian yang terbaik dari identitas kejawaan yang sesungguhnya telah dihancurkan oleh Islam, bahwa Islamisasi  adalah sebuah kekeliruan peradaban – terus didengung-dengungkan di berbagai sesi propaganda di tingkat akar rumput.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement