REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun ke-11 kenabian, enam orang dari suku Khajraz bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di Aqabah, Mina. Pertemuan tersebut adalah pertemuan dua aspirasi.
Di satu sisi, Nabi Muhammad SAW berharap Yatsrib dapat menjadi tempat tegaknya masyarakat yang berdasarkan Islam, dan di sisi lain masyarakat Arab Yatsrib melihat Nabi SAW sebagai individu yang diharapkan dapat menegakkan cita-cita keamanan, kedamaian, dan keadilan di Yatsrib. Hasil dari pertemuan itu, mereka semua masuk Islam. Dan mereka berjanji akan mengajak penduduk Yatsrib untuk masuk Islam pula.
(Baca: Di Madinah Lahirnya Sistem Politik Islam)
Pada tahun berikutnya, 12 orang delegasi Yatsrib menemui Nabi SAW di tempat yang sama, Aqabah. Mereka terdiri dari sembilan orang suku Khazraj dan tiga orang suku Aus. Selain masuk Islam, mereka bersumpah di hadapan Nabi SAW.
Perjanjian ini dikenal dengan Baiat Aqabah Pertama. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa mereka tidak akan menyekutukan Allah SWT, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak keturunan, tidak akan menyebar fitnah, dan tidak akan mengabaikan kebenaran.
Kemudian pada tahun berikutnya, orang-orang Yatsrib ini kembali menemui Nabi SAW di Aqabah. Namun kali ini mereka datang dalam jumlah besar, yakni sebanyak 74 orang, terdiri dari 71 orang laki-laki dan dua orang perempuan. Dalam rombongan besar ini terdapat semua orang yang telah menemui Nabi SAW pada dua gelombang sebelumnya.
Dalam kesempatan ini terjadilah perjanjian antara mereka dengan Nabi, yang dikenal dengan Baiat Aqabah Kedua. Kedua baiat ini, menurut Munawwir Sadjali dalam bukunya Islam dan Tata Negara, merupakan batu pertama bangunan negara Islam. Baiat tersebut merupakan janji setia beberapa penduduk Yatsrib kepada Rasulullah SAW, yang merupakan bukti pengakuan atas Muhammad sebagai pemimpin, bukan hanya sebagai Rasul. Sebab pengakuan sebagai Rasulullah tidak melalui baiat melainkan melalui syahadat.
Dengan dua baiat ini Rasulullah SAW telah memiliki pendukung yang terbukti sangat berperan dalam tegaknya negara Islam yang pertama di Madinah. Atas dasar baiat ini pula Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk hijrah ke Yatsrib, dan beberapa waktu kemudian Rasulullah SAW sendiri ikut hijrah dan bergabung dengan mereka di Yatsrib.