Kamis 13 Oct 2016 19:00 WIB

Peran Kerajaan dalam Dakwah Islam di Jawa

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Peta Kesultanan Islam nusantara.
Foto: Wordpress.com
Peta Kesultanan Islam nusantara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, dan berhasil membangun peradaban dan menopang Islamisasi yang cukup masif. Tidak hanya di sekitar Jawa, tetapi juga di kawasan lainnya.

Hasbulah dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia meyampaikan, pada masa berdirinya kerajaan Islam di Nusantara, pendidikan Islam di Indonesia mulai menapak ke arah kemajuan yang cukup pesat.

Hampir di setiap daerah yang penduduknya beragama Islam berdiri masjid, surau, langgar, dan pesantren yang berfungsi selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai pusat kegiatan Islam termasuk pendidikan.

Begitu juga pada periode Demak. Tampak sudah banyak masjid yang dibangun, seperti masjid Demak, Kudus, Ampel, Giri, dan sebagainya. Setiap tokoh-tokoh agama Islam pada zaman itu cenderung mementingkan dan mendahulukan pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan daripada bangunan lainnya.

Sementara, Safei dalam Peranan Kerajaan Islam dalam Perkembangan Pendidikan Indonesia menyebutkan, ada dua tujuan kerajaan yang berjaya ketika itu menyelenggarakan pendidikan agama Islam.

Pertama, untuk mengajak manusia berbuat baik. Kedua, menjaga tradisi, maksudnya sesuatu yang diangap penting dan diperlukan oleh keluarga dan masyarakat, harus diturunkan dan diajarkan kepada anak cucu secara turun-temurun sebagai regenerasi.

Junaedi Machub dalam 100 Tokoh yang paling Berpengarauh dalam Sejarah mengatakan, penyelenggaran pendidikan pada masa kerajaan Islam ditempuh dengan tiga cara yang dinilai mampu membangun fondasi keislaman yang kokoh di masyarakat.

Cara pertama yakni dengan memberikan nasihat secara langsung kepada orang. Baik secara kelompok maupun secara individu. Metode ini merupakan yang paling banyak dan lazim digunakan oleh utusan kerajaan-kerajaan Islam.

Metode kedua adalah menunjukkan teladan yang baik. Metode ini cenderung menonjolkan sisi kharisma personal. Dengan penampilan pribadi yang agung dan mengesankan, menonjolkan tingkah laku yang baik dan terpuji, dapat melahirkan daya tarik dan perhatian yang besar dari para murid.

Penampilan kepribadian ini pada mulanya merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam dakwah Islam.

Dan, yang tidak kalah penting dari keduanya dalam memperluas ajaran Islam ialah lewat seni dan permainan. Seni adalah metode dakwah yang efektif pada masa lalu. Hal ini jelas terlihat seperti apa yang telah dilakukan oleh para Wali Songo di Jawa.

Begitu pula yang lain, misalnya maulid Nabi Muhammad di daerah Solo dan Yogyakarta yang mengunakan gamelan sekaten. Kata sekaten diambil dari bahasa Arab, syahadatain yang artinya dua kalimat syahadat yang merupakan pernyataan keislaman secara individual.

Tidak hanya di bidang pendidikan. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa juga fokus kepada upaya menciptakan stabilitas politik, keamanan, dan mewujudkan kesejahteraan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement