REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) berupaya untuk mencari pangsa pasar baru guna memperkenalkan furnitur khas Indonesia. Sebab pangsa pasar yang selama ini menjadi sasaran ekspor mulai mengalami kelesuan, walau nilainya tidak banyak.
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga HIMKI Abdul Sobur menuturkan, pihaknya siap memasuki sejumalah pasar baru. Yang paling akan diincar adalah Rusia dan Afrika Selatan, dan negara-negara di Amerika Latin bisa menjadi pasar baru produk furnitur. Sebab negara ini masih belum banyak menyerap mebel dan kerajinan dari Indonesia.
Selama ini ekspor mabel dan kerajinan Indonesia paling besar ke negara Amerika Serikat. Sementara negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah kawasan Uni Eropa. "Ekspor mayoritas masih mabel-mabel dari kayu, panel furnitur, rotan, dan dari plastik juga ada walaupun nilainya memang kecil," kata Abdur, dalam pagelaran Trade Expo Indonesia (TEI).
Abdur merincikan, total ekspor mabel dan industri tahun 2015 mencapai 1,93 miliar dolar AS. Nilai ini diharapkan meningkat pada 2016 dengan capaian 2 miliar dolar AS. Pada 2019, industri ini diminta untuk meningkatkan pangsa ekspor mencapai 5 miliar dolar AS.
Nilai ini sangat tinggi dengan persiangan harga yang cukup ketat dari negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Meski demiki, HIKMI tetap akan berusaha mengejar terget tersebut. Salah satunya melalui keikutsertaan pelaku furnitur dalam berbagai pameran yang digelar di dalam dan luar negeri.
Bukan hanya di sekitaran Asia, pelaku usaha furnitur pun akan menampilkan produknya di kawasan Eropa dan Amerika. Harapannya banyak pembeli dari luar negeri yang melihat dan membeli produk Indonesia.
"Pertumbuhan funitur secara global ini mecapai delapan persen. Nilai ini cukup tinggi dan diharap pelaku usaha kita bisa ikut serta dalam peningkatan ekspor ini," kata dia.