REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU –- Tingkat kerusakan jaringan irigasi di Kabupaten Indramayu masih tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pendistribusian air ke areal persawahan menjadi terhambat.
Ditargetkan, perbaikan seluruh kerusakan itu akan selesai pada tiga tahun ke depan. Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (PSDA Tamben) Kabupaten Indramayu, Suwenda Asmita, mengakui, kerusakan jaringan irigasi di Kabupaten Indramayu mencapai 60 persen. Kerusakan jaringan irigasi itu terjadi baik yang lokasinya ada di bawah kewenangan Pemerintah Pusat, Pemprov Jabar maupun Pemkab Indramayu.
Kerusakan jaringan irigasi itu di antaranya berupa pendangkalan akibat tingginya sedimentasi. Akibatnya, air irigasi tidak bisa sampai ke daerah-daerah yang terletak di ujung jaringan irigasi. "Untuk mengatasi masalah itu, sekarang BBWS Cimanuk Cisanggarung sedang melakukan modernisasi jaringan irigasi maupun saluran-saluran pembuang. Dimulainya tahun ini dan ditargetkan tiga tahun kedepan selesai," ujar Suwenda, saat ditemui di Indramayu, Kamis (13/10).
Suwenda menyatakan, dengan adanya waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, pasokan air untuk irigasi di Kabupaten Indramayu sebenarnya tidak ada lagi masalah. Menurutnya, air baku untuk kebutuhan pertanian, sudah tercukupi. Namun, untuk menerima aliran air dari waduk tersebut, memang masih terkendala kondisi jaringan irigasi maupun saluran pembuang yang mengalami kerusakan sehingga dibutuhkan upaya perbaikan.
Untuk saluran-saluran pembuang sungai Cimanuk di Kabupaten Indramayu, ada beberapa titik yang rawan. Kerawanan itu berupa limpas akibat debit air yang tinggi seperti di musim penghujan sekarang maupun sedimentasi yang tinggi. Adapun sejumlah saluran pembuang yang rawan itu di antaranya di Jatibarang, Sukagumiwang, Waledan, Pecuk Bangkir, dan Cantigi.
Suwenda mengungkapkan, dengan adanya waduk Jatigede, maka potensi banjir di Kabupaten Indramayu sebenarnya telah berkurang. Pasalnya, air sungai Cimanuk yang berhulu di Garut dapat dikendalikan di waduk tersebut sebelum digelontorkan ke wilayah hilir di Kabupaten Indramayu. "Tapi kita tetap antisipasi titik-titik (tanggul sungai) yang rawan jebol," tegas Suwenda.
Suwenda menyatakan, dengan adanya perbaikan yang telah mulai dilakukan tahun ini, diharapkan tiga tahun ke depan semua masalah itu bisa teratasi. Apalagi, mulai Maret 2017, waduk Jatigede juga sudah bisa berfungsi optimal.
Terpisah, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengakui, keberadaan waduk Jatigede sangat membantu masalah pengairan areal sawah di Kabupaten Indramayu. Namun, keberadaan waduk itu belum sepenuhnya terasa manfaatnya akibat kerusakan jaringan irigasi. "Sekitar 60 persen jaringan irigasi masih rusak," terang Sutatang.
Sutatang menyebutkan, 60 persen jaringan irigasi yang masih mengalami kerusakan itu tersebar di hampir seluruh kecamatan. Kerusakan tersebut terjadi secara spot-spot.
Selain rusak, lanjut Sutatang, banyak pula jaringan irigasi yang dipenuhi oleh sampah yang dibuang oleh masyarakat. Akibatnya, laju air irigasi menjadi terhambat karena tersumbat oleh tumpukan sampah.