REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Israel Reuven Rivlin mengundang para tamu penting, seperti kepala rabi Sephardic, Presiden Pengadilan Syariah Palestina dan dua rabi dari Tepi Barat Yeshiva. Pertemuan di rumah Rivlin ini dilakukan untuk mencegah kekerasan agama, mempromosikan perdamaian, dan saling memahami antar dua pihak.
"Pertemuan ini merupakan pertemuan yang sangat penting dan signifikan. Apalagi menghadapi hari-hari ini yang banyak gejolak," kata Rivlin seperti dilansir New York Times, Kamis, (13/10).
Pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah baik yang dilakukan oleh Yahudi, Islam dan agama lain merupakan bagian dari terorisme. Ini hal-hal yang harus dicegah supaya tak terjadi lagi.
"Kami menyerukan agar semua orang bekerja sama membangun perdamaian, menghormati satu sama lain. Selain itu juga menghormati pihak yang berwenang di situs suci dan menghapuskan kebencian agama," ujarnya.
Pemimpin agama Palestina menolak difoto sehingga tidak ada dokumentasi kegiatan mereka. Saat ini situasi di Masjid al Aqsa cukup menegangkan mengingat ambisi Yahudi yang ingin merebut al Aqsa. UNESCO mengutuk cara-cara Israel yang semakin agresif ingin menguasai situs suci al Aqsa.
Pelajar dari Washington Institute, David Makovsky mengatakan, para pemimpin agama mungkin memang tak memiliki kekuatan. "Namun mereka memiliki pengaruh kuat bagi umatnya sehingga mereka sangat penting untuk membangun perdamaian terutama di Timur Tengah di mana nasionalisme dan agama berkaitan erat."
Pertemuan antara Presiden Israel dengan para pemuka agama Yahudi dan Islam, terang Makovsky, hanya permulaan saja. "Kami harap ada pertemuan lanjutan antara rezim Palestina di Tepi Barat dengan Israel," ujarnya.