REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK --Untuk pertama kalinya dalam 70 tahun, rakyat Thailand bangun di pagi hari Jumat (14/10) tanpa Raja Bhumibol Adulyadej. Raja Bhumibol (88 tahun) telah meninggal.
Saat ini rakyat Thailand ditinggalkan dalam ketidakjelasan. Pangeran Maha Vajiralongkorn yang diharapkan menjadi raja baru dinilai tak memiliki kekuatan yang sama dengan ayahnya.
Perdana Menteri Prayuth Chan Ocha mengatakan, saat ini Thailand dalam keadaan sangat sedih. "Kami sangat sedih dan merasa kehilangan," katanya, Jumat (14/10).
Keamanan Thailand, ujar dia, saat ini menjadi prioritas utama. Ia juga meminta bisnis tetap aktif, bank tetap buka dan pasar keuangan tetap aktif.
Baca: Kematian Raja Thailand tak Ganggu Perekonomian
Menurut Prayuth, Pangeran Maha Vajiralongkorn hanya ingin berkabung dengan rakyat Thailand saat ini. Ia baru akan memikirkan proses suksesi nanti ketika ketua parlemen mengundangnya untuk menerima mahkota kerajaan. "Panjang umur bagi Pangeran Maha Vajiralongkorn. Panjang umur bagi raja baru kami," ujarnya.
Junta militer menjanjikan dilakukan pemilu tahun depan. Ini mengindikasikan militer ingin mengontrol transisi kerajaan. Seorang pengacara Pimook Linpaisarn (32 tahun) mengatakan, ia berharap ada keajaiban. "Kami berharap berita kematian Raja Bhumibol tak benar," katanya.
Kekasih Linpaisarn, pemilik restoran Aunchisa Saekuay, mengatakan, ia akan menutup restorannya sampai masa berkabung usai. "Raja Bhumibol sudah seperti ayah kami sendiri," katanya sambil menangis.
Thailand mengalami serangkaian serangan bom dan ketidakpastian politik di tengah kekuasaan junta militer, kudeta dan protes mematikan. Raja kerap turun tangan beberapa kali untuk memadamkan krisis, dan banyak rakyat Thailand khawatir mengenai masa depan tanpa raja.