REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Populasi anggrek di Lereng Gunung Merapi kian menurun jumlahnya usai erupsi 2010. Bahkan, beberapa spesies anggrek mulai terbilang langka. Di antaranya Vanda Tricolor Merapi yang merupakan varietas asli lereng gunung tersebut.
Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI), Endang Semiarti menuturkan, Vanda Tricolor Merapi merupakan satu jenis dari spesies anggrek tiga warna yang tumbuh dan berkembang di Merapi. "Jenis ini memiliki ciri, yaitu perpaduan warna ungu dengan totol (bintik) kecoklatan di bibir bunga, serta warna kekuningan di bagian tengah," katanya menjelaskan.
Selain itu, Vanda Tricolor juga mengeluarkan wangi yang cukup kuat pada pagi hari. Semakin wangi dan banyak totolnya, harga spesies ini akan semakin mahal. Bahkan tak jarang menembus angka jutaan rupiah. Karena banyak pecinta anggrek yang memburunya.
Keberadaan Vanda Tricolor Merapi di tengah masyarakat sendiri cenderung jarang ditemui. Sebab jenis bunga ini jarang dibudidayakan. Padahal Vanda Tricolor Merapi memiliki potensi yang keunikan tersendiri. Sehingga dapat memunculkan peluang bisnis untuk dikembangkan.
Endang mengatakan, Vanda Tricolor Merapi justeru sangat potensial untuk diangkat sebagai ikon Kabupaten Sleman. Guna melestarikannya, PAI, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), bersama pengelola Taman Anggrek Titi Orchid sengaja menyelenggarakan Festival Anggrek Tricolor pada pertengahan bulan ini.
"Dalam kegiatan festival kita akan menampilkan pameran bursa anggrek, demo merangkai Vanda Tricolor, dan pelatihan budidaya anggrek," ujar Endang.
Selain aktivitas tersebut, TNGM juga telah menggelar upaya budidaya anggrek asli Lereng Merapi. Salah satunya pada 2015, TNGM membuka program adopsi dengan menggandeng beberapa pihak untuk menanam anggrek di habitat aslinya. Setidaknya ada enam spesies anggrek yang masuk dalam program tersebut. Antara lain Vanda Tricolor, Eria Hyactintoides, Dendrogium Mutabile, Eria Oblittecyta, Pholidota Vertricora dan Macropodhantis Tesmarni.
"Selain di Lereng Merapi yang berada di wilayah Sleman, populasi anggrek juga banyak terdapat di wilayah Deles, Kabupaten Magelang dan Bukit Bibi Kabupaten Boyolali," tutur Kepala Balai TNGM, Edi Sutyarto.
Ia berharap melalui program adopsi ini, populasi anggrek dapat kembali normal dan tidak langka seperti sekarang. Berdasarkan hasil inventarisasi Balai TNGM, ada 70 spesies anggrek yang hidup di lereng Merapi sebelum erupsi 2010. Namun, setelah erupsi, jumlahnya cukup menurun drastis, bahkan jumlah spesies anggrek yang tersisa hanya di bawah 50 jenis.