REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh lintas agama menghadiri diskusi tentang kerukunan menjelang Pilkada. Mereka sepakat mengimbau agar Pilkada tidak menggunakan agama untuk mengusik kerukunan umat beragama di Indonesia.
Kelirumolog, Jaya Suprana, mengungkapkan penghargaan dan rasa hormat atas sikap umat Islam atas kasus Gubernur DKI Jakarta, Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama. Padahal, ia mengaku sempat khawatir kalau kasus itu akan menimbulkan reaksi kekerasan, seperti yang sempat terjadi di negara-negara lain.
"Ternyata kekhawatiran saya tidak terjadi, terbukti tidak ada," kata Jaya, Jumat (14/10).
Selain itu, ia memberikan penghargaan kepada umat Islam karena menyerahkan kasus itu ke Kepolisian, untuk diselesaikan sesuai hukum yang berlaku. Menurut Jaya, itu merupakan tindakan yang telah mencerminkan peradaban tingkat tinggi, dan telah dipraktikkan umat beragama di Indonesia.
Bahkan, Jaya merasa seluruh umat beragama di dunia dapat berpaling ke Indonesia sebagai contoh, bagaimana umat beragama di Indonesia menyelesaikan friksi yang ada. Ia menekankan, umat beragama di Indonesia telah menegaskan kalau penyelesaian harus secara adil dan beradab, bukan dengan kekerasan.
Sementara, tokoh Katolik dan Direktur Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Franz Magnis-Suseno, menuturkan yang terpenting tokoh-tokoh agama sependapat soal pentingnya kerukunan. Karenanya, ia berharap tidak ada reaksi kekerasan yang muncul, apabila ada kampanye yang melecehkan.
"Selesaikan dengan musyawarah dan hukum beradab, tidak kekerasan," ujar Franz.