REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Unesco mengecam Israel yang meningkatkan agresi ke situs suci Kota Tua Jerusalem yang oleh Muslim dikenal sebagai Haram al Sharif, sedangkan oleh Yahudi dikenal sebagai Temple Mount berada. Kecaman Unesco kepada Israel ini membuat politisi Israel marah.
Resolusi yang dibuat Kamis, (13/10), memutuskan kalau situs suci tersebut tak penting bagi umat Yahudi. Situs suci tersebut hanya penting bagi umat Islam yang dikenal dengan Masjid al Aqsa. Situs suci ini menjadi perebutan antara umat Muslim dan umat Yahudi berpuluh-puluh tahun.
Seperti dilansir The Guardian, resolusi tersebut didukung oleh 24 negara, termasuk Rusia dan Cina. Sebanyak enam negara menolak antara lain Amerika, Inggris, Jerman, Belanda, Lithuania, dan Estonia. Sedangkan 26 negara memilih abstain.
Resolusi itu menolak pentingnya Temple Mount bagi agama Yahudi. Lokasi Temple Mount sebenarnya berada di lokasi yang sekarang jadi tempat berdirinya Masjid al Aqsa. Jika Yahudi ingin menghancurkan Al Aqsa demi membangun kembali Temple Mount, maka ini bisa menimbulkan perang. Sebab, Al Aqsa merupakan tempat suci ketiga bagi umat Muslim setelah Makkah dan Madinah.
Saat ini, Al Aqsa di bawah kontrol lembaga Islam Waqf. Umat Yahudi hanya diperbolehkan untuk ibadah di Tembok Barat yang merupakan sisa bangunan dari Temple Mount. Namun, umat Yahudi dilarang beribadah dan masuk ke dalam Masjid Al Aqsa.
Resolusi menyatakan, kebebasan umat Islam beribadah di Masjid al Aqsa dikurangi oleh agresi Israel yang terus-menerus kepada Al Aqsa. Pendukung agresi ini merupakan kelompok ektremis sayap kanan.
Menteri Perumahan Israel Uri, Ariel mengatakan, menanggapi resolusi Unesco yang tak sesuai dengan harapan Yahudi, sebagaiknya Pemerintah Israel makin memperkuat posisi Temple Mount. "Selain itu umat Yahudi harus diperkuat kehadirannya di Temple Mount."
Sementara itu, Pemimpin Partai Buruh Isaac Herzog mengatakan, Unesco mengkhianati misi mereka. "Dengan tak mengakui adanya Temple Mount maka mereka mengkhianati sejarah bangsa Yahudi dan menimbulkan kebencian."