Jumat 14 Oct 2016 22:00 WIB

Petani Indramayu Diminta Percepat Tanam Padi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi di areal sawah desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, Senin (9/3).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Sejumlah petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi di areal sawah desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, Senin (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -– Ketersediaan air untuk kebutuhan pengairan areal pertanian di Kabupaten Indramayu saat ini sudah cukup. Petani diminta tak perlu ragu untuk melakukan tanam gadu II 2016 atau percepatan musim tanam rendeng 2016/2017.

 

"Air sudah cukup. Hujan ada, waduk Jatigede juga ada dan akan beroperasi secara penuh pada Maret 2017,’’ ujar Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (PSDA Tamben) Kabupaten Indramayu, Suwenda Asmita, Jumat (14/10).

 

Suwenda menyatakan, musim tanam gadu II sebenarnya beriringan dengan percepatan musim tanam rendeng. Dengan ketersediaan air yang cukup, para petani saat ini sudah bisa melakukan tanam.

 

Hal senada disampaikan Wakil Bupati Indramayu, Supendi. Dia mengimbau para petani di Kabupaten Indramayu segera melakukan tanam seiring dengan cukupnya ketersediaan air untuk areal persawahan.

 

"Air saat ini sudah melimpah. Petani harus segera melakukan percepatan tanam," ujar Supendi.

 

Supendi mengungkapkan, saat ini Kabupaten Indramayu sudah masuk musim penghujan. Karenanya, tidak ada alasan bagi petani untuk menunda pelaksanaan tanam padi.

 

Namun, para petani di berbagai daerah di Kabupaten Indramayu enggan melakukan percepatan tanam dengan berbagai alasan. Karenanya, saat ini lahan pertanian yang sudah melakukan tanam masih minim.

 

Salah seorang petani di Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Rusdani, mengaku enggan melakukan tanam gadu II. Sebab, pelaksanaan musim tanam tanpa jeda istirahat akan membuat kesuburan tanah jadi terganggu.

 

"Tanaman padi juga jadi rawan terserang hama," tutur Rusdani.

 

Hal serupa terjadi di Kecamatan Gabuswetan. Dari lahan seluas kurang lebih 3.500 hektare di kecamatan tersebut, hingga awal Oktober lalu yang sudah tanam baru 700 hektare.

 

"Petani belum melakukan tanam karena khawatir dengan ketersediaan air," kata Camat Gabuswetan, Budi Gunawan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement