REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Narasumber Seminar Internasional pendidikan dan Sains Universitas Ibnu Khaldun Nirwan Syafrin mengatakan dalam pelajaran sekolah, guru tak hanya memberikan penjelasan hal baik seperti mencuci tangan atau memberi salam tetapi juga mencontohkan kepada peserta didiknya.
Pendidikan karakter tidak harus berdiri sendiri sebagai mata pelajaran dapat juga disisipkan dalam mata pelajaran umum.
"Pendidikan karakter lebih mengena kepada siswa apabila dikaitkan dengan pendidikan agama dan pelajaran umum lainnya seperti biologi, fisika dan bahasa," jelas dia kepada Republika, Sabtu (15/10).
Selain mencontohkan akhlak, guru sebaiknya mengkaitkan akhlak yang dipelajari dengan ilmu agama, seperti mencuci tangan, itu merupakan bagian dari thaharah atau bersuci, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Sehingga guru juga turut membantu dalam meningkatkan keimanan.
Tak hanya agama, pelajaran bahasa misalnya dalam sastra. "Sastra mempelajari berbagai bahasa yang santun dan adapun kata kasar biasanya itu berupa sindirian, berapa banyak anak saat ini yang mengenal sastra sehingga bisa mempraktikan bahasa yang santun, padahal di luar negeri karya-karya sastra Indonesia seperti Hamka ataupun Pramodeya diajarkan dan diimplementasikan seperti di Malaysia dan Singapura," ujar dia.
Tak hanya itu, sebaiknya teks dalam bahasa Indonesia maupun bahasa inggris dapat mencantumkan pelajaran akhlak untuk pendidika karakter, bukan kisah-kisah takhayul. Penanaman nilai-nilai akhlak baik ini lebih penting daripada sekedar teori atau ilmu saja.