Ahad 16 Oct 2016 07:32 WIB

Migran Muslim Somalia di AS Jadi Sasaran Teror Kelompok Radikal

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Teroris (ilustrasi)
Teroris (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KANSAS -- Kelompok milisi Kansas ditangkap atas rencana bom komplek apartemen di daerah pengepakan daging di Garden City. Itu merupakan rumah bagi imigran Muslim yang berasal dari Somalia.

Seperti dilansir Arab News, Ahad (16/10), jaksa mengatakan serangan itu direncanakan dilakukan setelah pemilu November. Penangkapan itu merupakan puncak dari delapan bulan investigasi FBI, yang mengambil fokus isu kebencian dan kekerasan.

Jaksa Penuntut Umum, Tom Beall, menuturkan para pelaku Patrick Eugene (47), Curtus Wayne Allen (49) dan Gavin Wayne Wright (49), didakwa bersekongkol atas rencana pemakaian senjata pemusnah massal. Pengadilan pertama mereka rencananya akan digelar Senin (17/10).

Menurut pengakuan, mereka merupakan bagian dari kelompok milisi yang menamakan diri Tentara Salib (the Crusaders), yang antipemerintah, anti-Muslim dan antiimigran. Dilaporkan mereka memilih target berdasarkan kebencian kepada umat Islam, keturunan Somalia dan imigran.

FBI sudah mulai melakukan penyelidikan pada Februari, dengan sumber rahasia yang menghadiri pertemuan di barat Kansas. Dalam pertemuan Juni, Stein membawa cerita penembakan di Orlando, dan mengusulkan serangan serupa terhadap pengungsi Muslim di Garden City.

Akhirnya, mereka memutuskan target komplek apartemen dengan sekitar 120 warga Somalia, serta fakta kalau ada satu apartemen yang digunakan sebagai masjid. Stein mengatakan, membahas bahan peledak pengeboman gedung federal, di Oklahoma City oleh Timothy McVeigh pada 1995.

Ketiga pria yang ditangkap Jum'at (14/10) pagi, sedang melakukan pengawasan gedung apartemen dan menyiapkan manifesto. Stein sempat mengatakan, kalau satu-satunya cara untuk membuat AS bisa meraih kejayaan kembali, adalah dengan pertumpahan darah.

Baca juga, PM Hungaria Anggap Migran Muslim Ancaman Kristen di Eropa.

Jika terbukti bersalah, mereka bisa dihukum penjara seumur hidup di penjara federal, tanpa ada pembebasan bersyarat. Direktur Southern Poverty Law Centers Intelligence Project, Heidi Beirich, menekankan ini jadi peringatan bagi politisi yang terapkan ketakutan dan kefanatikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement