REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Sukabumi meminta kasus penculikan anak dengan motif dijadikan pengemis dapat diusut tuntas. Pasalnya, praktek tersebut merupakan salah satu kejahatan eksploitasi anak.Sebelumnya, dua orang anak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi menjadi korban penculikan pada Ahad (9/10) lalu.
Kedua orang anak tersebut yakni Sultan Alisyahbana (10 tahun) dan M Farhan (8) warga Kampung Cibatu Pos RT 27 RW 07, Desa/Kecamatan Cisaat, Sukabumi. Salah satu korban Sultan Alisyahbana berhasil ditemukan di Kabupaten Cianjur Jumat (14/10). Dari pengakuan korban ia diminta penculik untuk meminta uang kepada warga atau mengemis.
"Kami minta polisi mengusut tuntas hingga ke akarnya,’’ terang Ketua KPAID Sukabumi Dian Yulianto kepada Republika.co.id, Ahad (16/10).
Tindakan penculikan dengan menjadikan anak sebagai pengemis tersebut sebagai bentuk kejahatan eksploitasi anak dan baru pertama kali terjadi di Sukabumi. Di mana kata Dian, anak dipaksa untuk mengemis dan menyetorkan sejumlah uang kepada orang dewasa.
Praktek tersebut lanjut dia diperkirakan dilakukan oleh sebuah sindikat dan tidak dilakukan seorang diri. Oleh karena itu lanjut Dian, KPAID mendorong agar pelaku penculikan bisa segera ditangkap. Hal ini untuk bisa mengungkap jaringan penculikan dengan motif menjadikan anak sebagai pengemis.
Kapolsek Cisaat Kompol Warsito mengatakan, dari pengakuan korban ia dipaksa untuk mengemis oleh pelaku penculikan. "Informasinya korban dipaksa untuk mengemis oleh pelaku,’’ cetus dia.
Sementara itu anak korban penculikan, Sultan sempat mengalami trauma setelah ditemukan warga di Cianjur beberapa hari lalu. Namun, pada Ahad kondisi korban penculikan sudah membaik.
Sultan menerangkan, ia dibawa penculik pada saat bermain di pinggiran rel kereta api dekat rumahnya di Cisaat. Menurutnya, ia bersama dengan temannya Farhan diminta untuk mengemis atau meminta uang kepada warga yang dilintasi mereka.
Diterangkan Sultan, pada saat diculik pelaku mengganti namanya menjadi Idam. Sementara Farhan diganti menjadi Adik serta pelaku disebut ayahnya. Selepas mengemis, para korban diharuskan menyerahkan uangnya tersebut kepada pelaku.
Terkadang lanjut dia pelaku berlaku kasar dan memarahi korban. Ibu kandung korban Sultan, Nurma menerangkan, pada awal ditemukan anaknya tersebut sempat mengalammi trauma. Kini kondisi Sultan sudah membaik dan bisa menceritakan keadaan pada saat berada dalam penculikan.