REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Electoral College baru-baru ini menunjukkan calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Hillary Clinton masih unggul. Ia diproyeksikan sebagai pemenang secara keseluruhan dalam pemilihan presiden di negara itu November mendatang.
Menurut jajak pendapat itu, kemungkinan Clinton mendapat 270 orang pemilih yang dapat memberinya kemenangan jika pemilu diadakan pekan ini. Dengan kata lain, ia dapat memenangkan kursi kepresidenan dengan jumlah mencapai lebih dari 95 persen. Electoral College sudah dua kali melakukan jajak pendapat dan menghasilkan perkiraan yang sama. Selain itu, beberapa lembaga survei lainnya juga memperkirakan kesempatan yang dimiliki perempuan berusia 68 itu untuk menang adalah sebanyak 90 persen.
Sementara itu, untuk saingannya, kandidat presiden AS dari Partai Republik Donald Trump diperkirakan dapat menang dengan keunggulan di beberapa negara bagian. Di antaranya adalah Florida, di mana keunggulan Clinton dibandingkan dirinya hanya berkisar enam persen. Kemudian di Ohio, lembaga survei memprediksi terjadi persaingan yang cukup tinggi khususnya saat pemilu berlangsung. Selama ini, negara bagian itu sangat penting bagi Trump dalam memberikan dirinya suara. Hal itu juga terjadi di Nevada.
Namun, dalam satu pekan terakhir, jajak pendapat yang dikumpulkan di Ohio dan Nevada menunjukkan kecenderungan ke arah Clinton. North Carolina dan Colorado yang sebelmnya lebih mengunggulkan Trump juga nampak mulai condong memilih istri dari Bill Clinton itu.
Dalam beberapa waktu terakhir ini, persaingan dua kandidat calon presiden AS terasa semakin memanas. Sebelum debat capres kedua berlangsung pada Ahad (9/10) lalu, tim kampanye Trump mulai berjuang menghadapi terungkapnya sebuah rekaman video pada 2005 lalu yang menunjukkan miliarder itu mencoba merayu perempuan dan mengarah pada dugaan pelecehan.
Kemudian, datang tuduhan dari beberapa perempuan yang mengaku bahwa Trump melakukan kejahatan seksual. Di antara mereka mengatakan bahwa suami dari Melania Trump itu meraba-raba bagian tubuh. Namun, hal tersebut dibantah dengan tegas oleh Trump. Bahkan, pria berusia 70 itu mengatakan laporan atas tindak kejatan seksual yang dilakukannya hanyalah sebuah kebohongan dan bagian dari konspirasi media untuk menjatuhkan namanya dalam pemilu.