REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Maroko dikenal sebagai masyarakat yang bersahabat. Hal ini tampak jelas dengan sambutan hangat yang diterima para pendatang asing di negara ini, terutama para pendatang yang datang dari negaranegara Islam.
(Baca: Kuatnya Islam di Negeri Ufuk Barat)
Selain itu, mereka juga sangat kuat memegang teguh adat istiadat dan nilai-nilai pergaulan serta kehidupan yang ditanamkan nenek moyang mereka. Sehingga walaupun pengaruh globalisasi telah mengimbas berbagai aspek kehidupan, halhal yang berbau tradisi dan adat tetap terjaga.
Misalnya, berkorban pada Hari Raya Idul Adha, keluar rumah dengan pakaian tradisional yang indah pada malam ke 27 Ramadhan, puasa pada hari maulid nabi dan Isra Mikraj, menyiram air pada Asyura', dan tadarusan Alquran sehabis Shalat Shubuh dan Maghrib di masjidmasjid Maroko.
Pendidikan
Jenjang pendidikan di Maroko tidak jauh berbeda dengan negara lain. Pendidikan dasar dan menengah terbagi atas dua jenjang pendidikan, yaitu ibtidaiyah (sekolah dasar enam tahun) dan i'dadiyah (sekolah lanjutan tingkat pertama, tiga tahun). Pada tingkat ini, materi masih bersifat paket dan tidak ada spesialisasi.
Pendidikan menengah atas (tsana wi yah, tiga tahun). Pada jenjang ini siswa di bagi menjadi dua jurusan, yaitu 'ilmi (ilmu pasti dan ilmu alam) dan adabi (il mu sosial dan bahasa) serta pendidikan tinggi.
Bahasa resmi negara ini adalah Arab dan Prancis, Spanyol serta Barbar. Namun di bidang pendidikan, bahasa Prancis lebih kerap digunakan sebagai bahasa pengantar ketimbang bahasa resmi utama, yaitu Arab. Begitu juga, di bidang administrasi negara.