REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah gagal melakukan tes rudal pada akhir pekan lalu, Korea Utara (Korut) dilaporkan akan kembali melakukan uji coba rudal di tahun depan. Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan, jadwal uji coba rudal balistik Musudan itu lebih cepat dari perkiraan.
Pada Sabtu (15/10) lalu, militer AS mendeteksi kegagalan peluncuran rudal Musudan yang dilakukan Korut di kota Kusong. Militer Korea Selatan juga mengkonfirmasi kegagalan tersebut, namun tidak menyertakan alasannya.
Rudal Musudan memiliki jangkauan sekitar 3.000 km dan berpotensi mengancam Korea Selatan dan Jepang. Pyongyang mengklaim telah berhasil memasang hulu ledak nuklir di dalam rudal, namun informasi tersebut belum terverifikasi.
Seorang insiyur kedirgantaraan AS, John Schilling, yang fokus pada studi roket mengatakan, Korut telah meluncurkan rudal di pantai barat, bukan di fasilitas uji khusus untuk meluncurkan rudal. Meski hanya ada satu uji coba yang sukses dari tujuh uji coba, menurutnya upaya Korut tidak main-main.
"Mereka terus membuat jadwal tes yang menunjukkan kemampuan baru. Kemungkinan gagal tes meningkat, tetapi mereka akan belajar banyak dari masing-masing tes yang dilakukan," ujar Schilling.
Uji coba rudal terbaru Korut akan menjadi bahan diskusi dalam pertemuan antara AS, Jepang, dan Korea Selatan di Washington, pada Rabu (19/10) mendatang. Para menteri pertahanan dan menteri luar negeri akan berfokus membahas rudal dan program nuklir Korut.
Washington akan mempercepat pengembangan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), sistem anti-rudal di Korea Selatan. Jepang dikabarkan juga akan menghabiskan 1 miliar dolar AS atau Rp 13 triliun untuk memperbarui sistem pertahanan rudal mereka.