REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali mengalokasikan anggaran sebesar Rp 45 miliar untuk membangun kembali Jembatan Kuning yang menghubungkan Nusa Lembongan dengan Nusa Ceningan di Nusa Penida. Jembatan yang juga disebut Jembatan Cinta ini ambruk Ahad (17/10) petang dan memakan korban delapan orang.
"Tahun depan kita sudah anggarkan dana Rp 45 miliar untuk membangun jalan permanen yang nantinya bisa diakses kendaraan," kata Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta, Selasa (18/10).
Sudikerta mengatakan anggaran tersebut memang sudah disiapkan untuk dieksekusi 2017. Pemerintah provinsi juga sudah menyelesaikan studi kelayakan atau feasibility study dan detail engineering design (DED). Untuk penanganan sementara, Sudikerta mengatakan pemerintah daerah akan menyediakan shuttle laut dengan memanfaatkan perahu milik penduduk setempat serta bantuan operasional dari pemerintah. Ini dikarenakan arus kuat di perairan tersebut, sehingga pembangunan jembatan darurat pun dirasa tidak efektif.
"Kami mengakomodir kepentingan masyarakat, khususnya transportasi anak-anak sekolah sehingga akses transportasi sementara harus tetap berjalan," ujarnya.
Sebelum musibah runtuhnya jembatan itu terjadi, Sudikerta mengatakan pemerintah provinsi, kabupaten, dan pihak desa telah berpaya memberi peringatan dini kepada warga. Sejumlah papan peringatan dipasang supaya pengguna sementara tidak menggunakan jembatan karena kondisinya sudah mulai rapuh dan tak layak dilewati kendaraan yang membawa beban berat. Akan tetapi masyarakat tetap menggunakannya mengingat jembatan tersebut satu-satunya akses tercepat menghubungkan kedua desa, Lembongan dan Ceningan.
Kepala Desa Lembongan, Ketut Gede Arjaya mengatakan masyarakat setempat kembali memanfaatkan jukung sebagai transportasi penghubung kedua desa. Jukung adalah perahu sejenis kano yang dulu digunakan masyarakat sebagai alat transportasi tradisional sebelum adanya Jembatan Kuning.
"Kami berharap jembatan pengganti segera dibangun," katanya.
Kedelapan korban meninggal akibat musibah ini adalah I Wayan Sutamat (47 tahun), Men Budi (49), Ni Wayan Werni (38), Gde Sentara (27), Putu Ardiana (25), Ni Putu Putri (7), Ni Kadek Mustika (9), dan I Putu Surya (3).Bupati Kabupaten Klungkung, I Nyoman Suwirta mengatakan pembersihan puing-puing jembatan yang ambruk ditangani langsung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung dan Bali. Ia juga berharap pemerintah pusat bersedia turun tangan membantu pembangunan jembatan baru.
"Pembangunan jembatan baru diperkirakan baru bisa diwujudkan dalam waktu setahun," katanya.
Ribuan masyarakat dan wisatawan setiap harinya melintas di jembatan ini. Transportasi gratis menggunakan jukung merupakan solusi jangka pendek yang bisa diambil pemerintah daerah.