Selasa 18 Oct 2016 16:37 WIB

Kebenaran Soal Pendukung ISIS Kembali ke Indonesia Diragukan

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
ISIS Indonesia.
ISIS Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Terorisme Harits Abu Ulya meragukan pernyataan Kapolri Tito Karnavian yang menyebut ada 40 WNI pengikut ISIS yang kembali ke Indonesia. Harits yang juga Direktur  The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) menilai statemen Kapolri itu asumsi yang berlebihan.

"Statemen Kapolri adalah asumsi yang berlebihan dan saya meragukan tentang kebenarannya," kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (18/10). Sebab, menurutnya dari kajian empirik yang ia lakukan justru menemukan realitas yang sebaliknya.

Pertama, doktrin tentang hijrah membuat seorang pengikut ISIS tidak memiliki orentasi untuk kembali ke negeri asalnya. Ini artinya, jika mereka sampai di wilayah tujuan hijrah semisal Suriah (wilayah ISIS), maka kemulian bagi mereka adalah hidup dan matinya di negeri hijrah. "Mereka akan mengabdi sepenuhnya kepada Daulah ISIS," ujarnya.

Kedua, masih banyak pengikut ISIS di Indonesia yang tetap memegang keyakinan atas kewajiban hijrah (pindah) ke Daulah ISIS. Dan mereka terus berusaha untuk merealisasikan keyakinan tersebut. Ia mengungkapkan, bagi pengikut ISIS ini, hijrah adalah manifestasi komitmen kepada Daulah ISIS dan keyakinan.

Kemudian, kalaupun mereka kembali, maka pengikut ISIS balik ke Indonesia ini bisa jadi karena beberapa sebab, antara lain mereka ditangkap di saat perjalanan menuju ke Suriah. Ada yang ditangkap di Malasyia, Singapura, Pakistan, Hongkong, dan yang paling banyak mereka ditangkap di Turki.

Beberapa di antara mereka ditangkap oleh otoritas Turki, ketika mereka di savehouse untuk menunggu giliran menyebrang ke wilayah ISIS. Bahkan, ada yang ditangkap di dalam negeri sebelum take off, di bandara Internasional Juanda Surabaya, Soekarno-Hatta.

"Jadi 99,9 persen yang balik ke Indonesia adalah mereka yang belum sampai di tujuan, tapi baru sampai di perbatasan ditangkap baru kemudian dideportasi. Aneh saja kalau orang-orang seperti ini dianggap adalah sosok-sosok yang terlatih dan sangat membahayakan Indonesia. Kalau kita mau jujur dan obyektif, maka itu adalah asumsi yang berlebihan," kata dia.

Harist menjelaskan, di awal-awal deklarasi Khilafah-ISIS memang ada beberapa orang yang masuk sampai Raqqa Suriah (ISIS), kemudian balik. Tapi sebab baliknya karena merasa tidak sepaham dengan ISIS lagi. Kalau ada yang masih sepaham kemudian dia ikut balik Indonesia, menurutnya, itu juga beberapa orang dan sudah ditangkap semua oleh pihak Densus 88/BNPT.

Ia menjelaskan, justru fakta di lapangan yang banyak balik dari wilayah Suria itu adalah para pekerja, TKW, dan lainnya. Mereka terjebak konflik dan berhasil keluar atau dikeluarkan oleh pemerintah. "Saya harap para pejabat negeri ini tidak melempar opini yang justru bisa melahirkan sikon kontraproduktif," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement