REPUBLIKA.CO.ID, PORTLAND -- Upaya meredam aksi radikalisasi di Indonesia dinilai sukses. Indonesia akan terus berupaya untuk melanjutkan dan memperkuat program de-radikalisasi di tingkat akar rumput masyarakat Indonesia sehingga dapat menjadi salah satu best-practice yang dapat dipelajari oleh negara lain.
Hal ini mengemuka pada saat seminar “De-radicalizing Radicalization: Learning from Interfaith Peacebuilding in Indonesia and the United States” di Portland State University, negara bagian Oregon, Amerika Serikat.
Seminar yang diselenggarakan oleh KJRI San Francisco berkerja sama dengan Portland State University (PSU) ini menghadirkan Tonny Pariela dari Universitas Pattimura di Ambon dan Muhammad Wildan dari UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta dari pihak Indonesia.
Pariela menyampaikan, bagaimana konflik komunal masyarakat di Ambon pada1999 hingga 2001 silam merupakan konflik berdarah yang terburuk di Maluku, dan bagaimana Pemerintah dan masyarakat lokal dapat menyelesaikan melalui konsep de-radikalisasi yang menggunakan kearifan lokal.
Wildan mengungkapkan berbagai aksi radikalisme di Indonesia yang baru-baru ini banyak dipengaruhi ISIS. Wildan menggarisbawahi pola rekrutmen pemuda-pemuda di Indonesia untuk bersimpati terhadap ISIS, dan bagaimana kelompok madani dan Pemerintah Indonesia menggunakan berbagai pendekatan untuk meredamnya. Menurutnya Indonesia saat ini sudah memasuki era Post-Islamism atau Islam yang menjunjung tinggi demokrasi.
Seminar juga menampilkan pembicara dari AS Roger Paget, Amanda Byron dan Harry Anastasiou. Mereka menampilkan berbagai perspektif mengenai konsep radikalisasi yang terjadi di AS.
Pembicara AS mengakui keberhasilan Indonesia dalam melakukan de-radikalisasi ketika menanggulangi paham radikal dan ektrem. “Negara-negara di dunia sudah selayaknya menjadikan Indonesia sebagai contoh sukses bagaimana meredam aksi-aksi terror yang saat ini banyak dipengaruhi ISIS”, ujar Roger Paget dalam keterangan yang diterima Republika.co.id.
Baca juga, Waspadai Kelompok Radikal Kecil di Indonesia.
Seminar di perguruan tinggi negeri di Portland ini mengamini penting dan efektifnya pendekatan soft-approach dalam meredam benih-benih radikalisme di generasi muda, baik di Indonesia, AS, maupun negara-negara lainnya. Hal inilah yang menyebabkan konsep de-radikalisasi yang dipopulerkan oleh Indonesia menjadi semakin relevan dalam menciptakan keamanan dan perdamaian dunia.
Konsul Jenderal Ardi Hermawan menyampaikan, seminar ini penting untuk melakukan sharing konsep de-radikalisasi Indonesia kepada kaum intelektual di AS untuk meredam aksi-aksi radikal belakangan ini. “Forum ini menjadi penting karena Indonesia dan AS saling belajar bagaimana pemerintah masing-masing negara mengatasi aksi kekerasan sehingga perlu melibatkan sekolah, perguruan tinggi, maupun pemimpin agama di tingkat akar rumput,” ujar Ardi.