REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi ilmiah dan perkembangan peradaban merambah Eropa. Melalui Spanyol atau Andalusia sebagai pusatnya, tradisi ilmiah merasuk ke bagian Eropa lainnya. Salah satunya melalui Montpellier, sebuah kota yang berada di Prancis bagian selatan. Beragam kajian di sana menggeliat.
Pengaruh cukup kuat menjelma di sana. Sebab, Montpellier tak begitu jauh jaraknya dengan wilayah Spanyol yang Muslim. Lalu, mengalirlah pengaruh seni, sastra, ataupun arsitektur ke kota tersebut. Seakan menjadi pintu gerbang, Montpellier kemudian menyebarkan pengaruh itu seluruh wilayah Prancis, bahkan Eropa.
Sejumlah pemikir Barat mengungkapkan, Montpellier memainkan peran penting dalam penyebaran tradisi ilmiah dari Andalusia. Terutama, melalui kedekatan Montpellier dengan sekolah-sekolah Muslim di bagian selatan Spanyol. Di Montpellier, juga banyak didirikan sekolah Muslim sebab jumlah penduduk Muslimnya cukup besar.
Sekolah tersebut tak hanya untuk Muslim, tapi juga warga Yahudi dan Kristen. Mereka mendapatkan pendidikan dan belajar bahasa Arab. Tak heran jika banyak penduduk di sana menggunakan bahasa Arab saat berinteraksi. Seperti yang dilakukan oleh penduduk di Andalusia.
Pendidikan berkembang dengan baik di sana. Praktik penciptaan puisi spontan yang biasa terjadi di wilayah Arab, berkembang di Andalusia. Tradisi ini juga berkembang di Montpellier. Di sisi lain, warisan seni Muslim juga diterapkan pada bangunan-bangunan yang ada di Montpellier.
Seorang ilmuwan, Charles Homer Hakins, mengungkapkan, pada abad ke-13, Montpellier merupakan pusat bagi studi astronomi dan kedokteran Islam. Sedangkan menurut pemikir Barat, George Sarton, kota tersebut menjadi wilayah subur bagi perkembangan sekolah kedokteran dan hukum.
Berdirinya Universitas Montpellier yang terkenal merupakan sebuah manifestasi dari ide-ide intelektual dan semangat ilmiah yang merasuki wilayah Prancis selatan itu. Universitas tersebut juga merupakan bukti monumental dari kemajuan pengetahuan penduduk di sana.
Sesuai dengan keterangan Haskins, fakultas yang pertama kali dibuka di universitas itu adalah fakultas kedokteran. Pengajaran ilmu kedokteran dilakukan oleh para dokter Muslim. Dalam waktu yang tak lama, studi kedokteran di Universitas Montpellier mencapai kejayaan dan menarik minat banyak orang.
Sederet bukti bahwa universitas ini mengembangkan studi kedokteran dapat dilihat dari berbagai manuskrip dan naskah para ahli kedokteran Muslim yang terdapat di sana. Di antaranya karya yang ditulis oleh al-Zahrawi pada abad ke-10, Abu Djaafar Ahmad ibnu Ibdahim, Ibnu Sina, dan Ibnu Massawih al-Maradani.
Manuskrip lainnya adalah karya yang ditulis oleh Al-Razi, Ibnu Sarabi, Ibnu Ridwan, dan manuskrip ilmuwan Muslim lainnya. Universitas Montpellier tak hanya memainkan peran utama dalam menyebarkan ilmu kedokteran Muslim ke seluruh Eropa. Namun juga, menjelma menjadi sentra studi kedokteran. Mahasiswa Eropa berdatangan ke sana.