REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk atau Bank BRI Agro pada kuartal III 2016 membukukan pertumbuhan kredit sebesar 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya year on year (yoy) menjadi Rp 7,606 miliar.
Direktur Bisnis Bank BRI Agro Zuhri Anwar menjelaskan, meski dalam situasi ekonomi yang lemah, tren kredit di perseroan tetap tumbuh. "Trennya tetap tumbuh. Kita lihat secara yoy atau dari September 2015 ke September 2016, kredit kami tumbuh 35 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri bank di Indonesia,"ujar Zuhri Anwar pada Republika, Selasa (18/10).
Sementara itu secara tahun kalender dari Desember 2015 ke September 2016 year to date (ytd) kredit di BRI Agro tumbuh 25 persen (ytd), dari posisi Rp 6,045 miliar di Desember 2015 menjadi Rp 7,606 miliar di September 2016.
Pertumbuhan ini, kata Zuhri, menunjukkan bahwa sektor agribisnis masih dapat bertahan di tengah perlambatan ekonomi. Hingga akhir tahun, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 18,5 persen yoy dan pencapaian hingga kuartal III ini menunjukkan bahwa target tersebut akan tercapai, bahkan melampaui. Sedangkan posisi rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tercatat cukup rendah dan di bawah rasio NPL industri perbankan yakni di 2,80 persen.
Sekretaris Perusahaan Bank BRI Agro Hirawan Nur menambahkan, untuk pertumbuhan kredit perkebunan sejak Desember 2015 hingga September 2016 ini meningkat 27,8 persen. Sedangkan non perkebunan tumbuh 22,6 persen. Menurutnya hal ini disebabkan oleh harga beberapa komoditas perkebunan yang membaik, seperti sawit dan tebu.
"Memang ekonomi melemah, tapi ada komoditas yang harganya mulai membaik. Seperti sawit dan tebu. Dua komoditi itu bagus. Makanya tren pertumbuhan kredit kami sejauh ini tetap baik,"kata Hirawan.