Rabu 19 Oct 2016 10:35 WIB

Angka Kematian Ibu dan Bayi Terus Ditekan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemkab Sleman terus berupaya menekan angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan. Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun menuturkan angka kematian ibu biasanya terjadi akibat komplikasi saat persalinan. Sehingga menimbulkan konsekuensi yang sangat serius.

"Penyebab langsung kematian maternal yang umum terjadi adalah pendarahan, eklamasi dan infeksi," tutur prempuan yang juga merupakan ahli persalinan tersebut menjelaskan. Menurutnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat terus menjalankan upaya preventif melalui pemantauan ibu hamil dengan faktor resiko tinggi.

Bahkan saat ini Dinkes telah memiliki Peta Ibu Hamil di 1212 dusun se-Kabupaten Sleman. Selain itu, masyarakat juga terus didorong aktif melalui Gerakan Sayang Ibu dan Implementasi Desa Siaga serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan mengoptimalkan SMS gateway untuk memastikan Ibu hamil mendapatkan pertolongan persalinan yang cepat, aman, dan efektif.

Sedangkan bagi ibu hamil dan nifas yang tidak memiliki jaminan kesehatan, Pemkab Sleman juga memfasilitasi jaminannya melaui Program GARBA yang diampu oleh Jamkesos Provinsi. "Upaya kesehatan yang diberikan diantaranya dengan Penguatan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) dan Rumah Sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif)," tutur Muslimatun.

Guna meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga professional, Pemkab Sleman juga menyelenggarakan Kelas Ibu Hamil di 25 Puskesmas setempat. Sementara itu Kepala (Dinkes) Sleman, Mafilindati Nuraini menuturkan, angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Sleman sudah lebih baik dari pencapaian nasional.

Pada 2015 tercatat bayi lahir hidup sebanyak 14.134 jiwa. Sementara kematian bayi lahir 51 jiwa atau sebesar 3,61 persen. Angka ini berkurang dari 2014 dimana bayi lahir hidup sejumlah 14.406 dengan jumlah kematian bayi 67 jiwa atau sebesar 4,65 persen.

"Upaya yang kami lakukan sejalan dengan target SDGs pada 2030, yakni mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100 ribu kelahiran hidup dan mengakhri kematian bayi dan balita," ujar Linda. Menurutnya target tersebut dapat dicapai dengan menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per seribu kelahiran dan Angka Kematian Balita 25 per seribu kelahiran.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement