REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Skala wabah kolera di Haiti setelah badai Matthew kemungkinan lebih besar dari yang dilaporkan karena akses ke kawasan-kawasan terpencil terputus, kata pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berwenang memantau penyakit tersebut, Selasa (18/10).
Ia menambahkan protes atas lambannya bantuan membuat masalah semakin runyam. Penasihat khusus untuk Sekjen PBB David Nabarro yang sebelumnya menangani badan dunia untuk merespons penyakit yang ditularkan lewat air itu, mengatakan ia khawatir pasien yang sakit tidak dirawat.
Ia menyerukan kepada negara-negara donor mendanai respons PBB untuk wabah itu, sebuah topik sensitif di Haiti karena penyakit tersebut secara tidak sengaja masuk ke negara Karibia itu melalui pasukan penjaga perdamaian PBB dan sejak saat itu telah menewaskan lebih dari sembilan ribu orang.
Beberapa jalan di barat daya Haiti masih belum bisa dilalui setelah badai yang menghantam bulan ini, dan meningkatnya kemarahan mengenai pembagian bantuan yang lamban dan tidak merata membuat warga yang putus asa menutup jalan, dan terkadang menjarah konvoi bantuan kemanusiaan.
"Kami tidak tahu jika ada banyak orang dengan masalah kolera di kawasan yang tidak bisa kami akses, dan inilah kenapa saya minta kepada warga, biarkan kami masuk kemanapun. Kami khawatir ada warga di gua-gua, di tempat-tempat lain, tanpa bantuan dan mungkin mereka sakit," kata Nabarro kepada wartawan.
Seorang remaja ditembak di dada pada Selasa, ketika polisi Haiti menggunakan senapan melawan satu kelompok yang mencoba menjarah turk di Les Cayes, pusat distribusi bantuan di barat daya, kata kepala polisi setempat Luc Pierre. Insiden tersebut semakin memancing kemarahan terhadap penggunaan amunisi hidup oleh polisi. Pada akhir pekan, Sekjen PBB Ban Ki-moon menyaksikan sendiri penjarahan kontainer bantuan pangan saat kunjungan singkatnya ke Les Cayes.
Epidemi kolera Haiti dimulai pada 2010, ketika pasukan penjaga perdamaian dari Nepal membuang limbah yang terinfeksi ke sebuah sungai tak lama setelah gempa berkekuatan 7,0 skala Richter melanda negara tersebut. Penyakit itu sekarang muncul di beberapa kawasan terdampak badai, terutama di wilayah barat daya negara tersebut ketika air bah mengontaminasi air minum setelah badai kategori empat itu melanda.