REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keanekaragaman bentuk menara juga bisa ditemui pada bangunan masjid-masjid di negara-negara Eropa. Umumnya, bentuk menara masjid di kawasan Eropa ini banyak terinspirasi oleh bangunan masjid di sejumlah negara-negara Muslim.
Grande Mosquee de Paris atau Masjid Raya Paris adalah salah satu bangunan masjid yang masuk kategori ini.
Dari kejauhan, bentuk menara masjid kebanggan Muslim Kota Paris ini mirip dengan menara Masjid Hassan II di Casablanca, Maroko.
Menaranya berbentuk segi empat dan dilapisi keramik hijau toska ini mengadopsi kaidah Mazhab Maliki. Pada keramik-keramik tersebut, dapat dilihat kerumitan tatanan dinding yang berwarna abu-abu. Di dalam bangunan menara, terdapat sebuah tangga menuju bagian puncak menara.
Menara segi empat juga banyak ditemui pada bangunan masjid di wilayah Mediterrania. Salah satunya adalah menara Masjid Agung Sevilla (yang disebut Menara Giralda). Menara ini pernah berfungsi sebagai menara lonceng katedral seiring dengan lahirnya kekuasaan Kristen di Spanyol.
Sementara Masjid Schwetzingen di Jerman, memiliki menara silinder dengan diameter silinder yang semakin mengecil di puncak menara. Menara seperti ini banyak ditemui pada bangunan-bangunan masjid di negeri-negeri yang pernah dikuasai oleh Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman).
Selain bentuk menara klasik, menara segi empat, dan menara silinder, banyak juga di antara bangunan menara yang mendepankan perpaduan ketiga bentuk tersebut ataupun membentuk pola desain baru yang belum pernah ada sebelumnya. Masjid Agung Roma di Italia, misalnya, memiliki sebuah menara berbentuk pohon palem setinggi 40 meter.
Masjid Banya Bashdi di Kota Sofia, Bulgaria, terkenal karena menara yang tinggi menjulang ke langit yang dimilikinya. Jika dilihat sekilas, bentuk menara Masjid Banya Bashi ini seperti sebuah pensil tulis. Penggunaan batu bata merah membuat bangunan menara ini terlihat mencolok di antara bangunan-bangunan tinggi lainnya di kawasan Boulevard Maria Luiza yang berada di pusat Kota Sofia.